Kisah Sukses Suamba Bisnis Pertanian: Modal Awal Rp 500 Ribu, Kini Raup Omzet Rp 28 Juta Per Bulan
Di usianya yang baru 28 tahun, ia sukses raih omzet puluhan juta rupiah tiap bulan dari usahanya itu
Penulis: Alfonsius Alfianus Nggubhu | Editor: Irma Budiarti
Di kiri dan kanan jalan menuju Desa Kerta, mata Anda akan dimanjakan oleh keindahan hamparan lahan pertanian milik warga setempat.
Suasana pedesaan yang asri nan jauh dari keramaian dan polusi, masih bisa dijumpai di Desa Kerta.
Alamnya seakan masih perawan, belum terjamah modernisasi berlebihan.
Baca: Begini Pengakuan Gede Suri Berupaya Perkosa Tetangganya di KAndang Babi, Suami Datang Dengar Jeritan
Baca: Kalahkan Peru 3-1 di Final, Brasil Raih Gelar Juara Copa America 2019
Di bawah langit Desa Kerta yang dingin itu juga I Wayan Suamba membangun bisnisnya yang tidak biasa.
Bisnis pertanian yang kerap dianggap bisnis kotor ini, ia beri nama Tunas Dewata Nursery.
Tunas Dewata Nursery merupakan pusat pembibitan segala jenis tanaman hortikultura, tanaman perkebunan dan tanaman kehutanan.
Ada lebih dari 30 jenis tanaman yang ia budidayakan saat ini, mulai dari tanaman hortikultura (kubis, brokoli, pepaya, terong, tomat, dll), tanaman perkebunan seperti kopi, dan tanaman kehutanan seperti sengon.
Saat tiba di Tunas Dewata Nursery, Anda akan disambut hangat oleh hamparan bibit tanaman di bawah tenda beratap plastik UV khas tempat pembibitan.

Suamba mulai membangun bisnis ini tahun 2015. Ia menuturkan bisnis pembibitan ini sebagai salah satu bentuk pelayanannya kepada para petani.
Berawal dari keprihatinannya pada para petani di Desa Kerta yang kesulitan mendapatkan bibit tanaman berkualitas, ia kemudian membuka sentra pembibitan ini.
Selain itu, dunia pertanian yang sudah sangat dekat dengan dirinya, juga menjadi salah satu cambuk baginya untuk tetap bercocok tanam.
Baca: Simulasi Skuat di Small Side Game, Sosok Ini Disiapkan pada Laga Bali United Kontra Barito Putera
Baca: Pengemudi Mini Bus Tancap Gas Setelah Tewaskan Dadong Minteg, Warga Kejar Pelaku Tabrak Lari
Kondisi lahan pertanian di Bali yang setiap tahun semakin berkurang juga membuatnya semakin semangat menekuni bisnis di bidang pertanian.
Baginya, sektor pertanian akan selalu dibutuhkan sampai kapanpun meski tergerus oleh sektor-sektor lain yang lebih populer dan mendatangkan penghasilan.
“Selama manusia masih butuh makan, pertanian tidak akan pernah mati,” kata Suamba saat ditemui di kediamannya.

Dengan modal awal Rp 500 ribu untuk pengadaan sarana produksi seperti benih, pupuk dan pestisida.