Jeruk Siam Murah Jelang Panen Raya, Wistawa Sebut Ini Harga Terendah
Jelang panen raya Agustus 2019 mendatang, petani jeruk di wilayah Kintamani justru merasa ketar-ketir karena harga jeruk siam jauh dari harga normal
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Irma Budiarti
Jeruk Siam Murah Jelang Panen Raya, Wistawa Sebut Ini Harga Terendah
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Berita Bangli hari ini, jelang panen raya bulan Agustus 2019 mendatang, petani jeruk di wilayah Kintamani justru merasa ketar-ketir.
Penyebabnya tren harga jeruk khususnya varietas siam cenderung jauh dari harga normal.
Petani jeruk asal Desa Belantih, Kintamani, Pande Gede Wistawa menjelaskan, normalnya harga jeruk varietas siam berada di harga Rp 7.000 hingga Rp 8.000.
Dengan harga tersebut, diakui petani bisa menikmati hasil keringatnya.
Namun demikian, saat ini tren harga awal justru berada di angka Rp 5.000.
"Ini merupakan harga terendah. Sebab untuk harga awal, biasanya jelang panen raya berada diangka Rp 6.000," ujarnya, Rabu (10/7/2019).
Pande mengaku tetap optimistis panen raya Agustus 2019 mendatang, harga jeruk siam meningkat.
Paling tidak peningkatan harga berada di kisaran Rp 7.000 hingga Rp 9.000 per kilogram.
Baca: Hibah Pasar Badung Tunggu Tanda Tangan Presiden
Baca: Coach Teco Lebih Setuju Pakai Asisten Wasit Gawang Daripada VAR, Ini Alasannya
Namun ia juga tidak memungkiri masih ada rasa khawatir jelang panen raya ini.
Sebab naik-turunnya harga jeruk, tergantung pada permintaan di luar Bali.
Hari raya Galungan yang akan berlangsung tidak terlalu berpengaruh. Sebab peningkatan harga ini hanya terjadi di pasar wilayah Bali.
Dari segi kuantitas permintaan cenderung mengalami penurunan sejak beberapa tahun belakangan.
"Kalau pada tahun 2013-2014 lalu, permintaan jeruk khususnya dari wilayah Jakarta dan Jawa Barat, dalam sehari mencapai dua hingga truk dari Bali. Di mana satu truk mampu menampung hingga 5,5 ton jeruk. Sedangkan saat ini, pengiriman dua hingga tiga truk dilkukan dalam sepekan," katanya.
Di lain sisi, jika permintaan pada musim panen nantinya tinggi, hasil produksi jeruk juga diakui tidak maksimal.
Cuaca buruk hingga material vulkanik hujan abu erupsi Gunung Agung beberapa waktu lalu, diyakini menjadi masalah.
Baca: Keluarga Semangati Hariyanto, Pemilik Senpi Diganjar Penjara Delapan Bulan
Baca: TRIBUN WIKI - 5 Rekomendasi Toko Tekstil di Kuta dan Sekitarnya
"Beberapa waktu lalu kan sempat terjadi hujan abu. Padahal di saat bersamaan, pohon jeruk sedang dalam proses pembuahan. Akhirnya rontok. Belum lagi ditambah dengan cuaca buruk. Pengalaman sebelumnya, jika dalam satu pohon mampu menghasilkan hingga 35 kilo jeruk, saat itu hanya menghasilkan 20 kilogram. Artinya ada penurunan hingga 15 kilogram," bebernya.
Meski tren harga jeruk siam kini berada di angka Rp 5.000, Pande mengaku harga tersebut masih lebih tinggi dibandingkan harga varietas jeruk selayer.
Di mana pada panen raya saat ini, harganya anjlok di angka Rp 2.000 per kilogram.
"Ini karena jeruk siam cenderung lebih banyak diminati daripada varietas jeruk selayer. Disamping itu dari segi rasa, jeruk selayer juga sedikit asam dibandingkan jeruk siam. Harga ini juga terpengaruh dari jeruk siam yang sudah nampak menguning dan siap dipanen," ujarnya.
Dengan tidak menentunya harga jeruk dipasaran, Pande berharap ada peran serta dari pemerintah dalam bentuk dukungan kepada para petani.
Caranya dengan mengadakan pelatihan untuk mengolah hasil produksi jeruk menjadi produk siap jual.
“Paling tidak cara ini mampu memberdayakan UMKM atau masyarakat di Bangli, selain juga membantu kalangan petani disaat harga jeruk anjlok,” harapnya. (*)