Simpang Ring Banjar
Napak Tilas Dang Hyang Dwijendra di Campuhan Palit Semal Tabanan
Tempat panglukatan yang dikenal dengan nama Campuhan Palit Semal konon memiliki jejak napak tilas dari Dang Hyang Dwijendra.
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Widyartha Suryawan
Kelian Banjar Dinas Tegal, I Made Oka Suryawan juga menyampaikan hal senada. Campuhan ini dipercaya sebagai tempat pembersihan dan untuk panglukatan orang hamil.
Selain itu, warga juga kerap mengambil air dari campuhan ini untuk tirta penembak untuk orang meninggal.
"Yang jelas saat rerahinan terutama Purnama banyak yang ke sini untuk malukat. Dulunya dalam sekali. Sekarang karena debit air kecil sehingga jadi dangkal," ujarnya didampingi seorang warga, Wayan Bakti, sembari menunjukkan campuhan tersebut.
Upakara yang dihaturkan saat hendak malukat sama seperti pada umumnya yakni pras daksina.
Namun sebelum melaksanakan panglukatan, warga harus melakukan beberapa tahapan. Yakni memohon izin di Pura Luhur Dayang, lalu di Pura Beji Dayang, dan di lokasi.
"Setelah prosesi selesai, warga kemudian langsung melakukan panglukatan. Biasanya lebih banyak warga yang baru datang dari rumah sakit dan orang hamil," katanya.
Dan jika tidak bisa datang ke lokasi, kata dia, salah satu keluarga yang bersangkutan cukup datang ke lokasi dan meminta airnya untuk dibawa ke rumah masing-masing dan kemudian diberikan kepada orang yang sakit.
Dipercaya Dihuni Kakek Tua
Selain warga yang sedang mengandung atau selesai opname di rumah sakit untuk memohon pembersihan diri, tak jarang juga ada warga yang datang malukat atas dasar pawisik atau petunjuk niskala.
Mereka diminta agar malukat di Campuhan Palit Semal ini karena dianggap tempat sakral.
Selain adanya petunjuk atau pawisik, di campuhan ini juga sempat terjadi beberapa hal-hal mistis.
Seperti contohnya belum lama ini, saat anak-anak mandi di sungai campuhan ini sempat melihat seorang kakek dengan rambut terkerucut.
Karena mereka yang masih anak-anak, mereka pun mengajak kakek tersebut ikut mandi.
Namun dalam sekejap saja, kakek tersebut justru sudah berada di sungai bersama anak-anak lainnya.
"Nah kemungkinan di sana yang berstana adalah seorang kakek yang rambutnya dikerucut atau seperti pendeta pada umumnya di Bali," ujar Jro Mangku Dorni. (*)