Simpang Ring Banjar

Olah Kelapa Jadi 'Lengis' Berkualitas, Warga Desa Baluk Jembrana Manfaatkan Hasil Perkebunan

Komoditas perkebunan berupa kelapa cukup melimpah di Jembrana. Bahkan disebut setelah kakao, Jembrana merupakan penghasil kelapa yang cukup besar

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/I Made Ardhiangga
Sayu menunjukkan hasil VCO atau minyak kelapa murni di rumahnya, Kamis (1/8/2019). Olah Kelapa Jadi 'Lengis' Berkualitas, Warga Desa Baluk Jembrana Manfaatkan Hasil Perkebunan   

Setelah dipilih, kemudian diambil daging kelapanya. Daging kelapa ini kemudian diparut. Kelapa parutan itu direndam dengan air dan diremas dengan tangan sampai santannya keluar, kemudian didiamkan selama kurang lebih 30 menit.

Ribuan Orang Diperkirakan Akan Hadiri Kongres V PDIP di Bali Termasuk Prabowo Subianto

Hengkang dari PSG, Dani Alves Temukan Pelabuhan Baru

"Setelah didiamkan, santan kelapa itu akan terpecah jadi dua bagian. Bagian atas santan dan bagian bawah air. Santan murni ini yang digunakan untuk minyak kelapanya," beber Sayu.

Prosesnya ternyata tidak berhenti di sana. Sayu masih harus melakukan fermentasi kelapa selama hampir 12 jam.

Dari fermentasi inilah kemudian santan itu akan terpecah tiga bagian. Bagian bawah berupa air, tengah ampas kelapa, dan yang atas kelapa murninya.

Kelapa murni di bagian atas itulah yang kemudian berupa minyak atau lengisnya. Secara manual dengan sendok, ia mengambil lengis murni itu. Setelahnya, tinggal mengemas sesuai ukuran botol yang akan dijual.

"Saat ini dijual secara online dan dipromokan di media sosial. Ya lumayan sih. Tapi harapannya ya berkembang lebih besar. Jadi bisa banyak orang yang bekerja di sini (rumahnya)," ujarnya.

Sayu menambahkan, semakin banyak mengonsumsi minyak kelapa ini, maka semakin banyak manfaat yang didapat. Apalagi di Jembrana banyak kelapa yang dihasilkan dari perkebunannya. "Kelapa menjadi produk unggulan Jembrana. Ini yang perlu dimanfaatkan," katanya.

Kawasan Penghasil Kerajinan

Pj Perbekel Desa Baluk, IB Surya Dharma, menyatakan selain pengolahan lengis, Desa Baluk juga merupakan kawasan penghasil kerajinan lain seperti koran bekas, ingka, dan kerajinan pande besi.

Tidak hanya itu, dulu ada pula kerajinan batok kelapa di Banjar Baluk II. Namun kegiatan itu sudah tidak aktif karena terhambat pemasaran.

Warga tidak mampu menutupi biaya produksi karena kecilnya pemasukan.

"Bagaimana pemasaran bisa cepat dan laku terjual sehingga proses produksi melibatkan warga terus berjalan," ungkapnya.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved