Jadi Buruh Bangunan di Jepang, Wayan Ada Digaji Rp 15 juta Per Bulan & Kirim Uang Untuk Beli Truk
Wayan Ada berangkat ke Jepang tahun 2017. Ia sudah sekitar 2,5 tahun berada di Negeri Sakura.
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, KARANGASEM - Dua pemuda Bali yang meninggal di Sungai Warashina Perfektur Shizuoka, Jepang bernama Wayan Ada (21) dan Wayan Ariana (20) merupakan warga Desa Pempatan, Rendang, Karangasem.
Kedua orangtua korban pun langsung syok saat mendengar anak mereka meninggal dunia di negeri orang.
Menurut Kepala Dusun Pempatan, Desa Pempatan, I Gede Endri Susila, orangtua Wayan Ada, merasa sangat terpukul dengan kepergian anaknya.
Mereka menangis, bahkan sempat tak sadarkan diri.
• Orangtua Wayan Ada Mimpi Didatangi 2 Ambulans Sebelum Anaknya Tewas di Sungai Warashina Jepang
• Awalnya Pesta Barbeque, Wayan Ada & Wayan Ariana Tewas di Sungai Warashina Perfektur Shizuoka Jepang
• WNI Wayan Ada & Wayan Ariana Dikabarkan Tewas di Jepang, Kadisnaker ESDM Bali Khawatirkan Hal Ini
"Saya dapat info dari kerabatnya, orangtua korban terus bengong dan masih syok. Mereka belum terima dengan kabar kepergian anaknya," kata Gede Endri kepada Tribun Bali, Senin (5/8/2019) malam.
Ayah korban, Wayan Parsa, mendapat informasi kematian Wayan Ada dari media sosial.
Awalnya ia sempat tak percaya.

Parsa baru percaya ketika lembaga yang memberangkatkan anaknya menyampaikan berita duka tersebut.
Dari informasi yang diperoleh, korban Wayan Ada berangkat ke Jepang tahun 2017. Ia sudah sekitar 2,5 tahun berada di Negeri Sakura.
Hal serupa juga diungkapan Kadus Waringin, I Putu Sila.
Dituturkan, orangtua Wayan Ariana hingga sekarang masih menangis, dan sering pingsan setelah mendapat kabar duka kepergian anaknya.
Seperti Wayan Ada, korban Wayan Ariana juga berangkat sejak 2017 ke Jepang. Korban sudah bekerja di Jepang 2,5 tahun, dan 6 bulan lagi balik ke Indonesia.
"Kontrak kerjanya tiga tahun. Setengah tahun lagi rencana balik ke Indonesia. Ternyata sebelum balik malah mendapat musibah. Orangtua Wayan Ariana sering pingsan setelah dengar informasi dari lembaga yang mengantar ke Jepang," ujar Putu Sila, tadi malam.
Diketahui, kedua korban merupakan alumni SMK Giri Pandawa, Karangasem.
Menurut mantan guru olahraga mereka, korban termasuk siswa berprestasi dan rajin.