Kisah Kapten Japa, Kakak dari Ida Bagus Mantra Ini Gugur saat Sang Istri Mengandung 8 Bulan
"Gus beli pasti mati, jadi teruskan perjuangan, kalahkan Belanda. Jangan mundur, beli jadi caru ini," kisahnya.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Ketua Mada LVRI Bali, I Gusti Bagus Saputra mengisahkan sejarah singkat perjuangan Kapten Anumerta Ida Bagus Putu Japa yang gugur dalam serangan Umum Kota Denpasar, 11 April 1946.
Ida Bagus Putu Japa merupakan kakak dari mantan Gubernur Bali, Prof. Dr. Ida Bagus Mantra.
Sementara Saputra merupakan anak buah Ida Bagus Japa di mana Ida Bagus Japa merupakan komandan kompi penyerangan Belanda di Denpasar dari arah Yang Batu Denpasar.
Dengan lancar Saputra mengisahkan perjuangan IB Japa dan sangat rinci.
Ia mengatakan saat perjuangan tersebut, dirinya berumur 15 tahun sementara IB Japa berusia 21 tahun.
IB Japa lahir di Griya Punia Jati di Jalan Hayam Wuruk Nomor no. 105 pada 3 April 1925.
"Dulu beliau sekolah di HIS, sekolah Belanda selama tujuh tahun, Bahasa Belandanya bagus. Kemudian melanjutkan ke MULO Malang. Karena meletus perang Pasifik, pada jaman Jepang beliau kembali ke Bali," kata Saputra dalam peresmian patung IB Japa, Senin (9/9/2019).
• Ikan Banyak Didatangkan dari Jawa, Gede Indra Dorong Wirausaha Pemula Kembangkan Usaha Perikanan
• Kronologi Kecelakaan Maut Agya Putih di Jatim yang Tewaskan Satu Keluarga, Begini Pengakuan Sopir
Sampai di Bali, IB Japa ikut kerja paksa Jepang dan bekerja di Mitsui Bussan atau sejenis Bulog saat ini.
Karena kekejaman Jepang, ia terlibat gerakan bawah tanah menentang fasisme Jepang.
Setelah Jepang mengalami kekalahan dari sekutu dan dibentuk PETA (Pembela Tanah Air), IB Japa bergabung dengan 1650 orang lainnya dan menjalani latihan di Banyumala.
PETA dibentuk 2 Februari 1944 dan dididik dengan semangat bushido Jepang dan semangat puputan.
Di sana IB Japa yang paling pandai bahkan mendapat pujian dari Jepang.
"Dalam latihan dari Kediri menuju Baturiti untuk menduduki pusat pertahanan, beliau bisa sampai di sana tanpa diketahui Jepang. Berkali-kali dapat pujian," kenang Saputra.