Berbisnis Sekaligus Lestarikan Kuliner Lokal , Iin Ajari Wisatawan Masak Menu Khas Bali
“Kebanyakan dalam waktu 2 jam, tamu mempelajari base genep, jukut ares, sate lilit, pepes ayam, jukut urab, dan godoh biu,” sebut Iin
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM - Nyoman Ayu Intan Pandan Sari, Owner Umah Padi Bali, mulai menggeluti usaha cooking class sejak Agustus 2017.
Ia memberikan pelajaran memasak kepada wisatawan baik domestik maupun asing yang berminat belajar masak makanan khas Bali.
“Sejauh ini, wisata Bali kan lekat dengan alam dan budayanya. Tugas kita tentu menjaga alam dan melestarikan budayanya. Salah satunya dengan melestarikan budaya memasak makanan khas Bali,” jelasnya kepada Tribun Bali, Kamis (3/10/2019).
Sebab, tak banyak yang paham uniknya masakan Bali dan selama ini budaya masih lekat dengan tarian, lukisan, adat, dan lainnya.
• Ubah Strategi di Usia 12 Tahun, Cellular World Perluas Ekspansi Bisnis
• Tak Hanya Faktor Manusia, Kuatnya Arus Laut Juga Rusak Terumbu Karang di Perairan Nusa Penida
“Tapi untuk makanan Bali masih belum terkenal layaknya makanan khas daerah lain seperti rendang,” ujar Iin, sapaan akrabnya.
Untuk itu, misi dari bisnis ini adalah melestarikan warisan budaya Bali khususnya makanan khas Pulau Dewata.
Izin pun akhirnya ia dapatkan dari sang suami yang juga gemar memasak. Mereka kemudian menggarap ide bisnis ini lebih serius hingga sekarang.
Awal Januari 2019, ia kian menekuni bisnis kuliner ini. Walaupun saat ini stafnya tidak banyak, dan usahanya masih UMKM namun ia bertekad ingin maju.
• Penyebaran Virus Demam Babi Afrika via Daging Impor Sangat Cepat, Begini Cara Antisipasinya
• Tingkatkan Kesiagaan, Kapolres Klungkung Sidak Ruang SPKT
“Beruntung ternyata yang minat memasak makanan Bali cukup banyak,” jelasnya.
Bahkan ada repeater, yang datang kembali untuk mencoba menu Bali lainnya. Harga cooking class dibanderol Rp 450 ribu untuk sekali pertemuan.
“Kebanyakan dalam waktu 2 jam, tamu mempelajari base genep, jukut ares, sate lilit, pepes ayam, jukut urab, dan godoh biu,” sebutnya.
Menu ini pun disantap saat sudah matang oleh tamu tersebut.
Perkiraannya, ada sekitar 100 orang per bulan yang datang. Omzetnya saat ini antara Rp 15 juta-Rp 25 juta, tergantung season.
Tak banyak duka yang ia rasakan, karena ia menyukai pekerjaan ini.
• Bangun Hotel di Bali Hasil Ngemplang Pajak Rp 200 M, Hotel Pengusaha Gaek asal Surabaya Ini Disita
• Terima Laporan Dugaan Adanya Pungutan Biaya Pendidikan, ORI Bali Datangi SMPN 10 Denpasar
“Banyakan sukanya sih, kalau dukanya pas lagi sepi aja,” ujarnya sembari tersenyum.
Ia senang, karena dengan berbisnis waktunya lebih fleksibel, tidak tegang dan dikejar target seperti pekerja kantoran. Serta lebih fun dan mampu memberikan banyak ilmu tentang masakan Bali yang luar biasa. (*)