WIKI BALI
TRIBUN WIKI - Samar Gantang Dikenal sebagai 'Penyair Leak', Ini Profilnya
Samar Gantang merupakan penyair yang dikenal sebagai penyair leak. Hal ini disebabkan karena puisi-puisinya yang sebagian besar mengangkat tentang lea
Penulis: Putu Supartika | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Samar Gantang merupakan penyair yang dikenal sebagai penyair leak.
Hal ini disebabkan karena puisi-puisinya yang sebagian besar mengangkat tentang leak.
Hal ini bisa dilihat pada buku puisi Modre dan Leak Kota Pala.
Samar Gantang memiliki nama lengkap I Gusti Putu Bawa Samar Gantang.
Ia lahir di Tegal Belodan, Tabanan, pada 27 September 1949.
Samar Gantang lahir dari pasangan I Gusti Gede Pegug dengan Gusti Ayu Nyoman Rerep.
Samar Gantang bersekolah di sekolah rakyat tahun 1955 di Pengabetan, Dauh Pala, Tabanan, melanjutkan ke SMP 1 Tabanan, lalu ke SMAN 1 Tabanan.
Mulai menulis sastra Bali modern dan Indonesia pada 1968 saat masih sekolah di SMA Tabanan.
• Selama 9 Bulan, Imigrasi Denpasar Telah Deportasi 44 WNA
• Fakta Seorang Anak Bongkar Makam dan Bawa Jasad Ibunya yang Sudah Dikubur 40 Hari
Karya- karya dari Samar Gantang ini dimuat di berbagai media, baik media lokal maupun nasional.
Selama 10 tahun pernah mengisi siaran membaca puisi di RRI Studio Denpasar, Menara Studio Broadcasting, Cassanova, Kini Jani Tabanan.
Beberapa kali pernah diundang membaca puisi ke berbagai tempat seperti Museum Bali, IKIP Saraswati, Balai Budaya Denpasar, STSI Surakarta, STSI Dénpasar, ISI Yogyakarta, Taman Izmail Marzuki, Gallery Nasional Jakarta dan Yayasan Hari Puisi.
Dia juga mendapat undangan membaca puisi di Malaysia dan Singapura tahun 1986 dan bahkan pernah membaca puisi keliling Eropa.
Tahun 1976 mendirikan Sanggar Pelangi dan sekarang berubah nama menjadi Sanggar Sastra Remaja Indonésia (SSRI) Bali, yang menyebarluaskan sastra Bali modern dan Indonesia kepada siswa SD, SMP, SMA/SMK dan para remaja muda yang menggemari sastra.
Berbagai juara telah ia raih, seperti Juara I Menulis Puisi Se-Bali Tahun 1979, Juara Perlombaan Menulis Puisi Nasional di Yogyakarta Tahun 1982, Delapan Besar Pagelaran Sastra di Taman Ismail Marzuki Tahun 1989, Juara I Menulis Puisi Pariwisata yang diadakan Yayasan Komindo Jakarta tahun 1991.
• Nongkrong di Area Gelap & Diduga Berbuat Mesum, Janda 27 Tahun & Duda Ini Terjaring Razia Satpol PP
• #WandaHamidahPeramalUlung Jadi Trending Topic Twitter, Ternyata Ini Yang Terjadi Pada Postingannya
Di bidang sastra Bali mendapatkan tanda kehormatan Satya Lencana Karya Satya, Juara I Menulis Puisi; ésai; tembang macepat; se-Bali tahun 2000 dan 2001.
Ia memperoleh penghargaan “CAKEPAN” tahun 2001 dari Majalah Sarad dan mengeluarkan buku kumpulan puisi yang berjudul “Aab Jagat”, serta penghargaan Sastra Rancagé 2003.
Buku yang sudah diterbitkan yakni Hujan Tengah Malam (1974), Kisah Sebuah Kota Pelangi (1976), Kabut Abadi (1979) bersama Diah Hadaning, Antologi Puisi Pendapa Taman Siswa Sebuah Episode (1982), Antologi Puisi Asean (1983), Antologi Puisi LIA (1979), Kalender Puisi (1981), Antologi Festival Puisi XI PPIA (1990), Spektrum (1988), Taksu (1991).
Juga Antologi Potret Pariwisata dalam Puisi (1991), Antologi Puisi Kebangkitan Nusantara I (1994), Antologi Puisi Kebangkitan Nusantara II (1995), Antologi Puisi Kidung Kawijayan (1995), Antologi Puisi Kebangkitan Nusantara III (1996), Antologi Puisi Pos Nusantara Lokantara (1999), Aab Jagat (2001), Perani Kanti (2002), Onyah (2002), Somya (2002), Sagung Wah (2002).
• PT SGB Dinilai Bermasalah, OJK Dorong Nasabah Lapor ke BAPPEBTI
• Satgas Saber Pungli Bali Terima 70 Aduan, Penyelenggaraan PPDB Terbanyak Diadukan
Macan Radén (2002), Berkah Gusti (2002), Sang Bayu Telah Mengiringi Kepergiannya (2002), Puisi Modré Samar Gantang (2002), Antologi Puisi HP3N Nuansa Tatwarna Batin (2002), Bali Sané Bali (Pupulan Durmanggala, 2004), Awengi ring Hotél Séntral (2004), Pakrabatan Puisi Tegal DIHA Tebawutu (2004).
Kesaksian Tiga Kutub (puisi lan cerpén, 2004), Léak Raré (2004), Léak di Bukit Pecatu (2005), Léak Satak Dukuh (2006), Ketika Tuhan Menyapaku (2006), Dipuncakmu Aku Bertemu (2008), dan Jangkrik Maénci (2009).
Saat membaca puisi tentang leak, ia benar-benar menyihir penonton karena intonasi dan caranya membaca puisi. (*)