Curahan Hati Monik Sipir Lapas Perempuan Denpasar, Hanya Modal Sabar
Dalam menjalankan tugasnya sebagai sipir, Monik mengaku hanya bermodal kesabaran
Penulis: Noviana Windri | Editor: Irma Budiarti
Curahan Hati Monik Sipir Lapas Perempuan Denpasar, Hanya Modal Sabar
Laporan Wartawan Tribun Bali, Noviana Windri Rahmawati
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Sebagian besar masyarakat menganggap kehidupan di dalam lapas menyeramkan.
Karena lapas dihuni orang-orang yang melanggar hukum, mulai dari kasus narkotika, pencurian, korupsi, hingga pembunuhan.
Pernahkah membayangkan bagaimana rasanya menjadi seorang penjaga lapas atau lebih dikenal dengan sipir?
Salah satu sipir Lapas Perempuan Klas IIA Denpasar, Ni Putu Krismonika Septianjani Putri menceritakan suka dukanya menjadi sipir lapas.
Monik tidak menyangka bisa menjadi petugas lapas, setelah dua kali gagal mengikuti seleksi polwan.
• Lapor Lewat Aplikasi Salak Bali, Aduan Masyarakat Bisa Diproses Dalam Waktu Tiga Menit
• Live Streaming Bhayangkara FC vs Persib Bandung, Live Indosiar Kick-off 19.30 WITA
"Saya lulus SMA tahun 2016. Saya dulu cuma iseng saja ikut CPNS Kemenkumham. Karena sebelumnya 2 kali tidak lulus seleksi polwan. Ya tidak menyangka lolos," ceritanya, kepada Tribun Bali, Rabu (23/10/2019).
Dalam menjalankan tugasnya sebagai sipir, Monik mengaku hanya bermodal kesabaran.
"Di sini banyak warga binaan yang berbeda-beda karakter karena ada banyak kepala. Ada yang baik dengan saya, ada juga yang tidak. Nah, yang tidak ini harus dihadapi dengan ekstra sabar. Pokok hanya modal sabar saja sebagai petugas lapas," ungkapnya.
Untuk menghadapi warga binaan dengan karakter berbeda, Mobik terlebih melakukan pendekatan dengan lebih dulu melihat suasana hati warga binaan tersebut.
• KRI Bima Suci - 945 Sandar di Pelabuhan Benoa, Ini Kegiatannya Selama di Bali
• Perjalanan Dokter Terawan: Dipecat IDI dengan Bobot Pelanggaran Berat, Kini Dipercaya Jabat Menkes
"Biasanya saya lihat dulu mood warga binaannya. Sama seperti kita ya. Kalau mood-nya bagus ya saya dekati. Kalau tidak ya mereka akan mendekati," ujarnya.
Wanita asal Tabanan ini juga tetap menjaga komunikasi sesuai porsinya dengan warga binaan.
Tak hanya berjaga pada siang hari, Monik juga sering bertugas pada malam hari.
Bahkan dirinya tidak takut kepada warga binaan, melainkan hanya takut jika terjadi gempa saat menjalankan tugasnya.
"Kendalanya saya hanya takut kalau ada gempa saja. Karena harus buka semua sel ini gimana caranya kan. Kalau kendala lainnya tidak ada," pungkasnya.
(*)