Gempa Guncang Bali
Termasuk Gempa Dangkal, Gempa Bumi di Buleleng Sempat Diwarnai Isu Tsunami & Membuat Panik Warga
Warga di Desa Patas, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, belum berani tidur di rumah masing-masing setelah gempa melanda kawasan Buleleng
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Warga di Desa Patas, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, belum berani tidur di rumah masing-masing setelah gempa melanda kawasan Buleleng, Kamis (14/11).
Hingga pukul 21.30 Wita, warga memilih tidur di luar rumah.
Ada juga yang mengungsi di daerah yang lebih tinggi.
Selain itu, sepeda motor dan mobil-mobil disiapkan di halaman atau berada di luar rumah. Warga telah menyiapkan jika terjadi bencana.
“Masyarakat belum berani tidur di dalam rumah. Mereka tidur di emperan rumah.
Mengantisipasi jika ada gempa susulan,” kata tokoh masyarakat Desa Patas, KH Amar Ma'ruf, kepada Tribun Bali, tadi malam.
Gempabumi tektonik menggunjang Bali sebanyak dua kali pada Kamis (14/11) sore. Kedua gempa berpusat di barat daya Kabupaten Buleleng.
Kepala Pelaksana BPBD Buleleng, Ida Bagus Suadnyana, mengatakan gempa pertama terjadi pada pukul 18.10 Wita dengan kekuatan 4.6 skala richter, yang berpusat di 23 kilometer barat daya Buleleng.
Kemudian gempa susulan yang lebih keras dengan kekuatan 5.0 terjadi sekitar pukul 18.21.39 Wita, yang berpusat di 21 kilometer barat daya Buleleng.
Hasil analisis BMKG menunjukkan informasi awal gempabumi ini memiliki parameter dengan magnitudo M=5,1 yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran menjadi M=5.0.
Episenter gempabumi terletak pada koordinat 8.16 LS dan 114.9 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 21 km arah barat Kota Buleleng pada kedalaman 10 km.
Tak Berpotensi Tsunami
Gempa yang mengguncang wilayah Buleleng ini membuat sejumlah masyarakat di Kecamatan Seririt, khususnya di Desa Pengastulan, panik. Mereka berbondong-bondong lari mengungsi ke daratan yang lebih tinggi.
Kepanikan warga ini terjadi gara-gara adanya isu tsunami.
Warga mendengar kabar jika air laut naik, serta sirine deteksi tsunami yang katanya telah berbunyi.
Seperti yang dilakukan oleh keluarga Ela. Wanita berusia 39 tahun ini mengaku saat gempa terjadi sedang berada di rumah.
Tiba-tiba saja ia melihat para tetangganya lari dengan mengendarai motor sembari menyebut jika air laut naik.
Tak pelak, Ela pun mengajak suami, anak-anak, dan ibunya untuk pergi mengungsi karena khawatir terjadi tsunami.
Saat itu ia memutuskan untuk lari ke arah Desa Ringdikit, Kecamatan Seririt.
"Saya hanya ikut lari saja. Karena ada yang bilang airnya naik. Saya tunggu di pinggir jalan Desa Ringdikit selama 30 menit. Ada teman yang mengatakan kalau situasi aman. Jadi saya balik lagi ke Pengastulan," jelasnya saat ditemui Tribun Bali, tadi malam.
Di media sosial pun sempat beredar foto dan video kepanikan warga Desa Pengastulan karena dikabarkan air pantai surut.
Terlihat di video warga berbondong-bondong mencari daerah dataran tinggi untuk mengungsi.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali, I Made Rentin, menyatakan tidak benar air laut surut dan tidak benar sirine tsunami berbunyi.
“Pak Camat dan Perbekel Pengastulan sedang mengimbau masyarakat untuk tetap tenang atau jangan panik. Tombol aktivasi sirine berada di Pusdalops BPBD Bali, kami tidak pernah mengaktifkan sirine tersebut,” tegas Made Rentin, Kamis malam.
BPBD Bali tidak mengaktifkan sirine tsunami karena memang rilis BMKG gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.
“Jadi kami tegaskan tidak ada bunyi sirine tsunami di Seririt. Kami mengimbau masyarakat tetap tenang dan hanya percaya informasi resmi dari BMKG,” tambah Rentin mengingatkan warga.
Ia juga menambahkan bahwa rower sirine tsunami milik BPBD Bali berada di Desa Sulanyah, bukan di Desa Pengastulan.
Hal senada ditegaskan Camat Seririt, Nyoman Riang Pustaka.
Ia menyatakan air laut tidak naik, serta tidak benar sirine tsunami berbunyi. Untuk itu ia pun mengimbau kepada warga Seririt untuk tetap tenang dan tak panik.
"Kami tidak pernah mengaktifkan sirine. Karena memang rilis BMKG gempa tidak berpotensi tsunami. Jadi kami tegaskan tidak ada tsunami di Seririt," tegas Riang Pustaka.
Gempabumi Dangkal
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, mengatakan dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi di Buleleng merupakan jenis gempabumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar naik belakang busur (back arc thrust).
“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan naik oblik (oblique thrust),” kata Rahmat dalam rilisnya.
Guncangan gempabumi ini dirasakan hingga Denpasar, Mataram, Jembrana, Jimbaran, Mengwi, Dalung, Kuta, Gianyar, Banyuwangi, dan Lombok Barat.
Hasil pemodelan menunjukkan gempabumi ini tidak berpotensi tsunami.
Gempabumi susulan terjadi hingga pukul 19.09 Wita. Hasil analisa BMKG menunjukkan adanya sembilan kali aktivitas gempabumi susulan (aftershock).
Kalaksa BPBD Bali, I Made Rentin, menambahkan gempa 5.1 SR di menyebabkan beberapa kerusakan. Di antaranya kerusakan bangunan toko di Desa Musi, Gerokgak.
Tembok bangunan retak milik Sachrul Ramdani.
Bangunan rusak di Desa Telaga, Busungbiu, dan bangunan rusak di Desa Pangkungparuk, Seririt. Hingga tadi malam dilaporkan nihil korban jiwa. (rtu/ali)