Selama 2019 Tercatat 25 Kasus Gigitan Positif Rabies di Klungkung, Tertinggi Kecamatan Dawan
Bidang Keswan di Dinas Pertanian Klungkung, terus berupaya menekan angka kasus gigitan positif rabies
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Irma Budiarti
Selama 2019 Tercatat 25 Kasus Gigitan Positif Rabies di Klungkung, Tertinggi Kecamatan Dawan
TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG - Bidang Keswan di Dinas Pertanian Klungkung, terus berupaya menekan angka kasus gigitan positif rabies.
Hanya saja saat ini angka jumlah gigitan positif rabies masih cukup tinggi.
Hingga bulan November 2019 ini, setidaknya sudah terjadi 25 kasus gigitan positif rabies di Klungkung.
Angka kasus tertinggi terjadi di Kecamatan Dawan.
"Padahal tahun 2017 lalu, kita di Klungkung nihil kasus rabies. Tapi mobilisasi anjing liar sebagai pembawa virus rabies itu sangat cepat. Jika wilayah tetangga Klungkung, seperti Bangli, Gianyar, Karangsem belum bebas rabies, kita di Klungkung juga susah untuk nihil kasus rabies," ujar Kadis Pertanian Klungkung Ida Bagus Juanida, Rabu (20/11/2019)
Bahkan tahun 2019 ini, estimasi populasi HPR (Hewan Penular Rabies) seperti anjing, kera dan kucing meningkat cukup signifikan.
Sebelumnya diestimasi jumlah HPR di Klungkung mencapai 14.000 ekor, saat ini meningkat menjadi 21.228 ekor.
Sementara cakupan vaksinasi tahun ini sudah mencapai 19.287 ekor, jumlah populasi anjing mencapai 18.546 ekor, kucing sebanyak 711 ekor, dan kera 30 ekor.
"HPR, khususnya anjing liar populasinya terus bertambah. Migrasi anjing liar, pergerakan dan perkembangannya sangat cepat. Junlahnya bahkan melebihi dari yang kami estimasikan sebelumnya," ungkap Juanida.
Populasi anjing liar yang belum dapat dikendalikan, tentu berimbas pada angka penyebaran rabies.
Sepanjang tahun 2019 ini, sudah tercatat 25 kasus gigitan positif rabies di Klungkung.
Kasus tertinggi terjadi di Kecamatan Dawan pada periode bulan Mei 2019.
"Dari angka kasus, memang paling tinggi gigitan rabies itu di wilayah Kecamatan Dawan," ujar Juanida.
Penyebaran anjing liar di Kecamatan Dawan, juga sangat sulit dikendalikan.
Hal ini karena sebagian anjing liar di Kecamatan Dawan, populasinya di wilayah perbukitan.
Petugas Keswan, bahkan harus menelusuri perbukitan untuk melakukan vaksinasi maupun eliminasi selektif terhadap anjing liar tersebut.
"Di sekitar TPA Sente, juga banyak populasi anjing liar. Petugas kami sampai ke bukit-bukit untuk melakukan vaksinasi. Belum lagi anjing yang sengaja dilepasliarkan oleh pemiliknya. Selama warga belum mampu memelihara anjingnya dengan baik, saya rasa masih sulit untuk mengendalikan populasi anjing liar di Klungkung," ungkap Juanida.
Sementara Kecamatan Nusa Penida, menjadi satu-satunya wilayah di Klungkung yang nihil angka kasus positif rabies.
Sudah selama 3 tahun berturut-turut, tidak ada laporan gigitan HPR positif rabies di Nusa Penida.
"Secara geografis, Nusa Penida terpisah dengan Pulau Bali daratan. Sehingga perkembangan virus rabies juga relatif lambat ke Nusa Penida," ungkap Kadis Pertanian Klungkung, Ida Bagus Juanida.
Pihaknya pun mengimbau, agar masyarakat sebaiknya tidak membawa anjing dari wilayah lain ke Nusa Penida.
Karena tidak menutup kemungkinan, akan terjadi penyebaran rabies.
"Sebisa mungkin, agar tidak ada anjing luar masuk ke Nusa Penida. Untuk mencegah berkembangnya rabies di Nusa Penida, apalagi Nusa Penida aktivitas pariwisatanya sedang tinggi," jelas Juanida.
(*)