Ide Kreatif Warga Banjar Adat Penarungan, Olah Biji Bunga Matahari Jadi Minyak
Pria yang juga merupakan dosen pertanian di Universitas Udayana Denpasar ini mengolah minyak dari biji bunga matahari yang memiliki nilai jual tinggi.
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Widyartha Suryawan
TRIBUN-BALI.COM, BULELENG - Ide kreatif muncul dari salah satu warga di Banjar Adat Penarungan, Kelurahan Penarukan, Kecamatan Buleleng.
Pria yang juga merupakan dosen pertanian di Universitas Udayana Denpasar ini mengolah minyak dari biji bunga matahari yang memiliki nilai jual tinggi.
Ditemui di perkebunannya, Putra mengatakan, ide untuk membuat minyak dari biji bunga matahari ini muncul lantaran banyak bunga matahari yang ia tanam diperkebunan patah, setelah dimanfaatkan oleh para netizen untuk berselfie.
Akhirnya Putra pun mencoba mengambil bunga-bunga yang patah itu untuk diekstrak dan dimasukkan ke dalam botol.
Ia mengatakan, dalam waktu satu hari terjadi fermentasi.
Ia pun membuka botol hingga tercium aroma wangi dari ekstrak bunga matahari tersebut.
Putra lantas mencoba mencampurkan ekstrak bunga matahari itu di air mandinya.
Tak disangka, setelah mandi dengan campuran ekstrak bunga matahari, Putra merasa badannya lebih segar, wangi, serta tidak digigit nyamuk.
"Saya ke kebun malam-malam, ternyata tidak direbut nyamuk. Saya berpikir ini bisa dijadikan sabun. Saya campurkan dengan KOH untuk ketemu antara minyak jenuh dan tak jenuh, menggumpal menjadi sabun. Akhirnya berhasil bikin sabun, namun harganya murah hanya Rp 5 ribu per potong. Kemudian banyak yang nanya minyaknya saja. Di situlah saya berpikir ingin membuat minyaknya saja dari biji bunga matahari," jelasnya.
Sekitar enam bulan yang lalu, anak pertama dari tiga bersaudara ini belajar dari berbagai sumber terkait cara membuat minyak biji bunga matahari.
Pertama kata Putra, ia mencoba membuat minyak tersebut dari mesin pengolah biji-bijian yang bisa menggiling sekaligus memanaskan biji bunga matahari.
"Awalnya berhasil, cuma hasil minyaknya hitam. Timbul PR lagi untuk menjernihkan minyak itu. Saya coba pakai kain kasa yang rapat tetap tidak berhasil. Berdasarkan imajinasi, saya pernah beli alat kisi-kisinya seperti kertas dan akhirnya berhasil. Warna minyaknya kuning jernih sekali. Alat itu masih saya rahasiakan karena saya ingin jadi leader minyak biji bunga matahari di Bali," katanya.
Satu kilogram biji bunga matahari mampu menghasilkan minyak sebanyak 250 mili.
Kini, minyak biji bunga matahari buatan Putra yang diberi label Saranyu itu telah berhasil terjual hingga ratusan botol. Harga satu botol berukuran 60 mili dijual oleh Putra seharga Rp 75 ribu.
Putra hanya memanfaatkan media sosial Facebook untuk menjual produk tersebut. Bahkan Putra juga memanfaatkan endapan dari minyak biji bunga matahari tersebut sebagai minyak rambut, dan dijual seharga Rp 30 ribu.
Endapan minyak biji bunga matahari ini sebut Putra dapat mengurangi rambut rontok, menghilangkan ketombe, serta menghaluskan rambut.
Sementara minyak biji bunga matahari kata Putra merupakan anti Ultra Violet karena banyak mengandung vitamin E dan Omega tiga, dapat dioleskan di wajah untuk menghilangkan komedo dan menghilangkan jerawat, serta dapat diminum untuk kesehatan.
Mengingat minat minyak biji bunga matahari ini cukup banyak, Putra mengaku akan segera mengurus PIRT dan Dinkes sehingga produknya bisa dipajang di apotek.
"Sebelum dijual, saya sudah melakukan uji coba dengan keluarga. Dn ternyata tidak ada efek samping karena ini 100 persen murni minyak biji bunga matahari tanpa campuran bahan-bahan kimia," terangnya.
Penghilang Depresi
Ampas yang dihasilkan dari olahan minyak biji bunga matahari nyatanya tidak dibuang begitu saja oleh Putra.
Ampasnya bahkan ia jual karena mengandung susu nabati. Penemuan susu bunga matahari ini diakui Putra dilakukan secara tidak sengaja.
Kala itu, Putra awalnya berniat untuk menjadikan ampas tersebut menjadi pupuk kompos. Namun saat ampas disiram, nyatanya mengeluarkan cairan berwarna putih seperti susu.
Atas temuannya ini, Putra pun mencoba untuk menyeduh ampas itu dengan air panas, kemudian disaring dan airnya diminum.
"Rasanya seperti air tajin. Saya coba cari informasi terkait khasiatnya, ternyata bisa menghilangkan depresi, tidur jadi nyenyak, dan melancarkan metabolisme," katanya.
Melihat ampas bunga matahari ini juga kaya manfaat, Putra pun menjualnya seharga Rp 10 ribu per bungkus.
Namun ia mengakui, selama ini usahanya tersebut belum mengantongi izin dari BPOM dan PIRT sehingga penjualannya hanya sebatas mulut ke mulut.
"Izinnya sementara diurus. Kalau sudah keluar, produk saya ini setidaknya bisa dijual di apotek-apotek," ujarnya. (*)