Hari AIDS Sedunia

1 Desember Hari AIDS Sedunia, 21 Ribu Orang Telah Terinfeksi HIV/AIDS di Bali

Di Bali, kasus HIV/AIDS mengalami fluktuasi, hingga Maret tahun 2019 tercatat sebanyak 21.018 orang yang terinfeksi.

Penulis: M. Firdian Sani | Editor: Widyartha Suryawan

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Hari AIDS Sedunia diperingati setiap 1 Desember.

Tahun ini, Hari AIDS sedunia diperingati tepat hari ini, Minggu (1/12/2019).

Kita sering mendengar istilah HIV/AIDS. Apa perbedaan keduanya?

Dokter spesialis penyakit dalam, Dr. dr. Ketut Suryana, Sp.PD.KAI,FINASIM yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya menjelaskan bahwa pada umumnya HIV dan AIDS itu sama namun memiliki perbedaan yang jelas.

Sumber virus dari keduanya bernama retrovirus, yang menyerang sistem imun atau kekebalan tubuh.

Virus ini menyerang daya tahan tubuh dan menimbulkan berbagai infeksi.

"HIV dan AIDS itu sama, hanya saja HIV belum menunjukkan gejala, sementara AIDS sudah," katanya.

"HIV adalah ditemukannya virus retrovirus di dalam tubuh seseorang tetapi belum ada keluh kesah, jadi kalau terbukti ada virus di dalam tubuh orang dan belum ada gejala penyakit berarti itu namanya pasien dengan infeksi virus HIV, kalau sudah ada gejala seperti batuk yang lama, apakah itu diare, atau demam yang lama itu baru disebut AIDS," ujar dr. Suryana, awal September 2019.

Orang-orang dengan faktor risiko adalah orang-orang yang sudah pernah melakukan seks, apalagi seks bebas.

"Secara umum tampilan tidak bisa dipakai patokan apakah orang itu terkena HIV atau tidak, yang jelas orang-orang dengan faktor risiko harus diperiksakan, seperti mereka yang sering jajan di luar (sewa PSK), dan pengguna narkoba," kata dr. Suryana.

Di Bali, kasus Human Immunodeficiency Viruses (HIV) atau Acquired Immunodeficiency Dyndrome (HIV/AIDS) mengalami fluktuasi, hingga Maret tahun 2019 tercatat sebanyak 21.018 orang yang terinfeksi.

Berdasarkan data yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Provinsi Bali hingga Maret 2019, data kumulatif kasus HIV/AIDS di Bali terus meningkat, namun khusus di Denpasar alami penurunan beberapa persen.

Jika pada tahun 2018 jumlah penderita sebanyak 2174 atau 10,3 persen, kini pada tahun 2019 hanya 547 orang atau 3 persen.

"Secara komuliatif datanya terus naik. Faktornya macam-macam, mungkin informasi dari kami sudah diterima dengan baik sehingga terjadi penurunan. Infeksi barunya berkurang dan tidak ada penambahan kasus," kata Sekretaris yang juga Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Bali Made Suprapta saat dihubungi Tribun Bali, awal September lalu.

Namun demikian, data juga menunjukkan bahwa sepanjang 32 tahun terakhir yakni dari tahun 1987 hingga Maret 2019, jumlah penderita di Denpasar menjadi yang terbanyak yakni dengan 7.865 (37,4%).

Laki-laki sebanyak 5.013 dan perempuan sebanyak 2.852.

Dari jumlah tersebut kebanyakan penderita HIV/AIDS ini diakibatkan oleh perilaku seks bebas atau tidak aman.

Sedangkan kasus yang terjadi pada biseksual sebanyak 101 (0,5 persen), penyebab heteroseksual sebanyak 16.058 (76, 4 persen).

Sedangkan penyebab lain yang juga disebutkan yaitu homoseksual sebesar 2990 (14,2 persen), jarum suntik atau Injection Drugs Use (IDU) sebanyak 857 (4,1 persen), perinatal 595 (2,8 persen), tatto 10 (0,0 persen), dan tidak diketahui sebanyak 386 (1,8 persen). (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved