Hari AIDS Sedunia

Kisah Penderita HIV yang Bangkit Setelah Suami Meninggal dan Diusir dari Keluarga

"Saya Arini. Saya terdiagnosa HIV positif tahun 2013". Demikian Arini memperkenalkan diri dalam acara Indonesian AIDS Conference

Tribun Manado
Ilustrasi 

TRIBUN-BALI.COM, BANDUNG – "Saya Arini. Saya terdiagnosa HIV positif tahun 2013". Demikian Arini memperkenalkan diri dalam acara Indonesian AIDS Conference (iAIDS) 2019 di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (30/11/2019).

Perempuan bernama lengkap Hayu Ari Setyaningtyas ini mengaku terjangkit virus mematikan itu dari sang suami.

Saat itu, sang suami masuk ruangan ICU dan divonis menderita HIV positif.

Dua hari kemudian, pihak rumah sakit mengharuskan Arini turut mengecek darahnya.

Hasil cek darah menunjukkan Arini positif HIV.

"Saat itu, saya tidak ada waktu untuk sedih, down, terpuruk. Saya blank. Saat itu saya hanya memikirkan suami saya yang perlu biaya dan perawatan," tutur perempuan kelahiran Surabaya, 11 November 1970 itu.

3000 Pelaku UKM di Bali Tergabung dalam Paguyuban SRC, Diberikan Dukungan Non-moneter

Polri Buka Karir Bagi Lulusan Sarjana Via Jalur SIPPS, Lulus Langsung Berpangkat Ipda, Ini Caranya

Di Bali Tumbuh Sekitar 13 Ribu UMKM Setiap Tahun, Melebihi Rata-Rata Nasional

Satu bulan kemudian, tepatnya 23 September 2013, sang suami meninggal.

Tidak pernah terpikirkan di benak Arini sang suami bisa terjangkit virus HIV.

"Karena dia orangnya baik banget. Dia atlet golf yang mengurusi mobil antik. Dia juga tidak dekat dengan kelompok berisiko HIV," kata dia.

Namun beberapa tahun sebelum divonis HIV positif, sang suami mengalami kecelakaan dan mendapat transfusi darah.

Selain meninggalkan Arini dengan penyakit mematikannya, suaminya mewariskan utang biaya perawatan sebesar Rp 250 juta.

Banyuwangi Inisiasi Komunitas Anak Kreatif Sesuai Minat dan Bakat

1 Desember Papua Jauh Lebih Kondusif dan Aman, Mahfud MD Ungkap Fakta Berikut Ini

Meriahkan HUT Sekolah, Ribuan Siswa SMK Bali Dewata & SMK Kesehatan Bali Dewata Ikuti Jalan Santai

Uang yang dikumpulkan dari keluarga tidak mampu menutupi utang ke rumah sakit.

Cobaan hidup lainnya datang. Di tengah kondisi fisik, mental dan finansial yang tidak baik, Arini saat itu mendapatkan perlakuan diskriminatif dari keluarga suami.

"Mereka membuang saya. Mereka menganggap mereka itu dari keluarga terpandang. Saya dikeluarkan dari rumah mertua setelah 40 hari kematian suami saya," tutur Arini.

Ia tidak ingin terpuruk. Ia kemudian mempelajari lebih banyak tentang virus HIV/AIDS dari dunia maya dan komunitas sembari berjuang melunasi utang.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved