Festival Jegog Digelar Pertama Kali di Anjungan Cerdas Rambut Siwi Jembrana

Pemkab Jembrana menggelar Festival Jegog di Anjungan Cerdas Jalan Nasional (ACJN) Rambutsiwi

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Irma Budiarti
Humas Pemkab Jembrana
Humas Pemkab Jembrana 

Festival Jegog Digelar Pertama Kali di Anjungan Cerdas Rambut Siwi Jembrana

TRIBUN-BALI.COM, JEMBRANA - Pemkab Jembrana menggelar Festival Jegog di Anjungan Cerdas Jalan Nasional (ACJN) Rambutsiwi, Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Bali.

Festival Jegog digelar selama tiga hari, yakni mulai 3-5 Desember 2019.

Festival Jegog dibuka oleh Kadis Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan Adnyana.

Pembukaan Festival Jegog turut dihadiri Bupati Jembrana I Putu Artha, Wakil Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan , Forkopimda Jembrana serta masyarakat pelaku seni di Jembrana.

Tahun ini Pemkab Jembrana mengemas Festival Jegog ini agak berbeda.

Selain pemilihan tempat di Anjungan Cerdas yang pengelolaan sementara baru diserah terimakan pemerintah pusat, juga kemasan kegiatannya dibuat dengan konsep festival selama tiga hari.

Tidak hanya menampilkan atraksi serta kemampuan seniman Jembrana memainkan alat musik Jegog, namun juga diisi dengan pameran jegog, workshop jegog serta pamungkasnya akan ditutup dengan mebarung massal serta ngibing massal.

Mengusung tema “the magic sound of west bali”, panitia berusaha mengakomodasi keinginan berbagai pihak terhadap kemasan Festival Jegog yang lebih baik sesuai hasil focus grup discussion ( FGD ) yang digelar sebelumnya.

Bupati Jembrana I Putu Artha mengatakan, Festival Jegog tahun ini melibatkan kurang lebih 84 sekaa jegog dengan 2.500 orang seniman.

Herlina Akui Melanggar Hukum di Depan Anaknnya, Hakim Beri Vonis Seperti Ini

Baru Dibuka Sehari, Poliklinik Tradisional dan Komplementer RSUP Sanglah Dikunjungi Kemenkes

“Melalui Festival Jegog, merupakan salah satu upaya melestarikan identitas budaya Jembrana. Kami juga ingin mengembangkan kreativitas seniman melalui berbagai garapan komposisi, mendorong tumbuhnya ekonomi budaya, sekaligus sebagai tontonan dan tuntunan bagi generasi muda untuk mencintai kesenian khas daerahnya,“ papar Artha.

Bupati Artha juga berharap Festival Jegog dapat menjadi kegiatan tahunan yang menggelorakan kehidupan budaya serta kepariwisataan di Jembrana.

“Kita sampaikan terima kasih kepada provinsi yang mendukung festival tahun ini. Kita ingin memberikan hiburan kepada masyarakat sekaligus menegaskan bahwa Jembrana adalah pusatnya Jegog,” kata Artha.

Sebagai daya tarik wisata, Artha juga ingin Jegog mampu menarik wisatawan datang ke Jembrana.

“Kita rencanakan Jegog akan rutin digelar di Anjungan Cerdas Rambut Siwi. Seminggu dua kali. Jadi wisatawan yang selama ini hanya melintas saja lewat Gilimanuk, bisa singgah dan datang ke Jembrana. Sehingga mereka tahu, di samping Mekepung, Jembrana juga punya kesenian Jegog,“ terang Artha.

Sementara Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, I Wayan Adnyana mengapresiasi dan menyambut psoitif pelaksanaan Festival Jegog tahun ini.

Jegog disebutnya warisan budaya tak benda, kaya akan nilai filosofis, sosilologis serta makna sejarah.

Nilai itu sangat penting bagi Bali bahkan juga nasional.

Sehingga dengan terselenggaranya Festival Jegog Jembrana tahun ini, bisa menyosialisasikan keadiluhungan nilai-nilai jegog itu.

Rocky Gerung Sebut Presiden Jokowi Tidak Paham Pancasila, Bentuk Penghinaan Simbol Negara?

RSUP Sanglah Buka Poliklinik Tradisional dan Komplementer, Ada Layanan Akupuntur hingga Hipnoterapi

“Jadi event ini sangat bagus, semoga bisa terselenggara secara kontinu, yang terpenting bagaimana kita bersama-sama menjaga aset bangsa ini, di antaranya melalui penyelenggaraan event, baik itu Pesta Kesenian Bali di provinsi maupun event skala nasional, di tingkat yang lebih tinggi," ujarnya.

Festival hari pertama berlangsung meriah, menampilkan pementasan jegog tempo dulu dengan menampilkan tari ticak dayang yang dibawakan oleh Trah Kiyang Gliduh, sebagai pencipta jegog di Kabupaten Jembrana.

Penampilan kedua diisi pementasan jegog kreasi oleh jegog Suar Agung membawakan tarian makepung.

Penampilan terakhir diisi dengan pementasan jegog kolaborasi yang dibawakan oleh Sanggar kumara widya suara SMPN 4 Mendoyo dengan membawakan karya musik dan tarian jejangeran.

Tarian ini menggambarkan romantisme kehidupan anak-anak berkolaborasi dengan musik diatonis yang ditata dengan lagu pop bali sebagai interpretasi anak muda dengan olah vokal yang bernuasa kekinian.

Festival hari kedua dilaksanakan FGD jegog/workshop jegog membedah hal-hal yang masih belum terjawab berkaitan dengan kesenian Jegog.

Sejauh ini, Jegog masih minim refrensi sehingga diperlukan banyak pembahasan dan ruang diskusi untuk menyempurnakan literasi.

7 Orang Ini Mengaku Menjadi Nabi & Menerima Wahyu, Terbaru Paruru Daeng Tau yang Menggegerkan Toraja

Polisi Sebut Fakta Baru Tentang Gadis 16 Tahun yang Ditusuk di Hotel, Cekcok karena Kurang Bayaran

Workshop dihari kedua festival , menghadirkan narasumber Prof Gede Arya Sugiartha,yang merupakan Rektor ISI Denpasar dan dari kalangan seniman.

Sedangkan malam harinya masih di hari kedua pelaksanaan, digelar pementasan jegog inovatif, kontemporer dan eksperimental.

Puncaknya Festival Jegog Jembrana 2019 akan ditutup pementasan jegog mebarung massal, dengan joged massal dan pengibing massal. 

Sejarah dan Perkembangan Jegog Jembrana

Kesenin Jegog adalah kesenian khas Jembrana yang terbuat dari bambu berukuran besar.

Gamelan Jegog pada awalnya dimainkan sebagai pengisi waktu pada saat petani menghalau burung di sawah dan pada kesempatan lain difungsikan sebagai sarana mengumpulkan warga masyarakat untuk melakukan kegiatan gotong royong.

Setelah Jegog dijadikan ensambel oleh Kyang Gliduh sekitar Tahun 1926 gamelan Jegog dimainkan dalam bentuk instrumental (versi Genjor)‪ 1930-1945‬, kemudian mengiringi pencak silat (versi Suprig) ‪1945-1965‬, dan selanjutnya kesenian ini dipergunakan untuk mengiringi tari-tarian (Versi Jayus) 1980an sampai tahun 1990 an.

Pada fase berikutnya jegog berkembang dalam bentuk kreasi dan meng-internasional dengan motor penggeraknya almarhum I Ketut Suwentra di bawah naungan Yayasan Suar Agung.

Perkembangan terakhir Jegog dikolaborasikan dengan gamelan Gong Kebyar serta difungsikan sebagai iringan Lagu Pop Daerah Bali.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA
KOMENTAR

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved