Hujan Tak Kunjung Turun di Denpasar Hingga Cuaca Panas Gerah Sampai Malam, Ini Penjelasan BMKG
Ia mengatakan musim hujan secara umum di Indonesia dan khususnya wilayah Bali memang mengalami keterlambatan.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Belakangan ini, suhu udara di Denpasar terasa sangat panas.
Hujan tak kunjung turun.
Bahkan saat malam pun masih terasa gerah.
Terkait kondisi ini, Pengamat Geofisika Stasiun Geofisika Sanglah, I Putu Dedy Pratama, mengatakan tak hanya di Denpasar, secara umum masuknya musim penghujan di wilayah Bali memang tidak selalu sama.
Hal ini karena kondisi geografis tiap wilayah yang berbeda-beda.
Wilayah Bali bagian tengah seperti Tabanan, Badung dan Gianyar bagian utara akan lebih dahulu memasuki musim penghujan, diikuti oleh wilayah lainnya.
"Sedangkan yang terakhir memasuki musim penghujan adalah Nusa Penida dan Buleleng bagian barat," katanya saat dihubungi Kamis (5/12/2019).
Ia mengatakan musim hujan secara umum di Indonesia dan khususnya wilayah Bali memang mengalami keterlambatan.
Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya keterlambatan ini yaitu angin timuran masih dominan.
"Massa udara kering dari benua Australia masih mempengaruhi wilayah Bali," katanya.
Selain itu karena adanya Fenomena DM (Dipole Mode) positif yaitu anomali suhu muka laut Samudera Hindia tropis bagian barat lebih besar daripada di bagian timurnya.
Dimana temperatur air laut di pantai timur Afrika dan Samudera Hindia bagian barat mengalami peningkatan dibandingkan di sebelah barat Sumatera, sehingga aliran massa udara basah bergeser menuju pantai timur Afrika dan Samudera Hindia bagian barat.
Selain itu juga dikarenakan masih adanya Siklon Tropis “KAMMURI” di wilayah Belahan Bumi Utara (sebelah
Timur Piliphina) menyebabkan konsentrasi massa udara basah yang seharusnya menuju ke wilayah Indonesia, sebagian bergeser menuju ke daerah bertekanan rendah tersebut.
Selain itu, Kondisi Suhu Tinggi yang terjadi di wilayah Bali disebabkan karena posisi matahari yang masih berada di wilayah Belahan Bumi Selatan di mana sinar matahari yang diterima menjadi lebih banyak daripada di Belahan Bumi Utara.
"Sesuai dengan sifat material di mana daratan lebih cepat menyerap dan melepas panas, maka di siang hari penyinaran matahari yang diserap daratan menjadi lebih tinggi," katanya.
Sedangkan sifat lautan yang lambat menyerap panas, maka pada malam hari lautan akan melepaskan panas yang diterimanya ke atmosfer.
"Itulah mengapa pada malam hari, gerah panas juga tetap dirasakan," katanya. (*)