Pura Agung Menasa di Sinabun Buleleng Direstorasi, Pekerja Temukan Gerabah Berukiran China

teknik restorasi dipilih karena masyarakat di Desa Sinabun berkomitmen ingin tetap melestarikan Pura Agung Menasa sebagai cagar budaya

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Widyartha Suryawan
Tribun Bali/Ratu Ayu Astri Desiani
Relief di Pura Agung Menasa sedang direstorasi, Rabu (4/12/2019). 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Pura Agung Menasa yang terletak di Banjar Dinas Menasa, Desa Sinabun, Sawan, Buleleng dipugar dengan teknik restorasi.

Tembok penyengker maupun relief yang telah rusak, diperbaiki dengan menggunakan bahan dan ukuran yang sama, sehingga tidak mengurangi nilai sejarah dari pura yang diperkirakan didirikan sejak abad ke-9 tersebut.

Ketua Panitia Restorasi, Putu Wahyu Pertama (43) yang juga Ketua Saba (Perencanaan) di Desa Sinabun mengatakan, teknik restorasi dipilih karena masyarakat di Desa Sinabun berkomitmen ingin tetap melestarikan Pura Agung Menasa, yang merupakan satu-satunya cagar budaya di desa tersebut.

Bahkan, lahan kosong yang ada di sekitar pura juga tetap dijaga kelestariannya, dengan ditanami berbagai jenis pohon, seperti cendana, gaharu, dan majegau.

Saat restorasi dilakukan, para pekerja menemukan pecahan keramik atau gerabah berukiran khas China, dan paras bertuliskan Namotasa Harhoto Sama Shambodasha yang memiliki arti Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna.

Benda-benda tersebut ditemukan terkubur sedalam kurang lebih 1,5 meter di sebelah barat pura.

Rencananya, temuan ini akan diserahkan ke Balai Arkeologi Denpasar untuk diteliti.

Wahyu menyebutkan, pura dengan luas 53,5 are ini diempon oleh masyarakat dari Desa Sinabun, Desa Suwug Kecamatan Sawan, dan Desa Bengkala Kecamatan Kubutambahan.

Sebelumnya, Pura Agung Menasa sebut Wahyu, sudah tiga kali dilakukan restorasi.

Pertama dilakukan pada tahun 1992, dimana bagian yang direstorasi adalah candi bentarnya.

Kemudian restorasi kembali dilakukan pada tahun 1976, beberapa bagian pura mengalami kerusakan akibat diguncang gempa.

Selanjutnya dilakukan pada tahun 1984 pada bagian tembok penyengker.

"Sekarang tahun 2019 tepatnya Bulan November kami kembali melakukan restorasi karena tembok penyengker dan beberapa ukiran di paduraksanya mulai keropos. Pengerjaanya ini dilakukan sampai akhir Desember, dengan anggaran kurang lebih Rp 1 miliar, yang diperoleh secara swadaya dan bantuan sosial," terangnya.

Menurut Wahyu, Pura Agung Menasa menyimpan sejumlah keunikan. Pada bagian paduraksanya terdapat relief berbentuk burung kakak tua, cicak bersenggama, tokek, ikan dan kuda bersayap.

"Secara niskala diyakini bahwa hewan-hewan yang ada relief itu ada di sekitar hutan di kawasan pura ini," ucapnya.

Miliki Hubungan dengan Singa Mandawa
KETUA Panitia Restorasi, Putu Wahyu Pertama menyebutkan, sejarah pura belum diketahui secara pasti.

Sebab, lontar maupun prasasti yang mengisahkan tentang Pura Agung Menasa belum pernah ditemukan di wilayah Desa Sinabun.

Namun beberapa prasasti berusia abad ke-9 yang ada di Desa Julah dan Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, serta Desa Bebetin Kecamatan Sawan, menyebutkan terkait daerah Menasa.

"Kami akan tetap berkoordinasi dengan Balai Arkeologi dan Dinas Kebudayaan Buleleng untuk menggali sejarahnya. Tapi kalau dilihat dari reliefnya, ada gambar singa yang diperkirakan memiliki hubungan dengan singa mandawa, kerajaan Bali kuno terdahulu. Sampai saat ini belum diketahui dimana posisi kerjaan itu. Sejauh ini juga belum ada warga yang mengaku sebagai keturunan kerajaan singa mandawa," jelasnya.

Sementara Kasi Cagar Budaya Dinas Kebudayaan Buleleng, Kadek Widiastra mengatakan, pihaknya akan segera berkoordinasi dengan Balai Arkeologi Denpasar, agar segera dilakukan penelitian terhadap Pura Agung Menasa.

Sehingga sejarah dari pura tersebut dapat segera diketahui. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved