SEA Games 2019

Kisah Siman Sudartawa, Perenang Bali yang Sumbang Emas SEA Games 2019, Ada Perjuangan Besar Orangtua

I Gede Siman Sudartawa mempersembahkan medali emas cabor renang SEA Games 2019

Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/Eka Mita Suputra
Ni Made Sri Karmini ketika menunjukan berbagai medali yang diraih Siman Sudartawa, Minggu (8/12/2019). Kisah Siman Sudartawa, Perenang Bali yang Sumbang Emas SEA Games 2019, Ada Perjuangan Besar Orangtua 

Kisah Siman Sudartawa, Perenang Bali yang Sumbang Emas SEA Games 2019, Ada Perjuangan Besar Orangtua

TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG - I Gede Siman Sudartawa, kembali mempersembahkan medali emas SEA Games 2019 di Manila, Filipina.

Prestasi ini menjadi kebanggan tersendiri bagi Ni Made Sri Karmini, ibu kandung dari Siman Sudartawa.

Siman Sudartawan berhasil mempersembahkan emas ke-51 bagi Indonesia, dari cabor renang nomor 50 meter gaya punggung putra.

Siman tampil tercepat dengan waktu 25,12 detik, di New Clark City Aquatic Arena, Sabtu (7/12/2019).

Siman juga memperbaiki rekor SEA Games yang ia ciptakan pada 2017, yaitu 25,20 detik.

"Ini merupakan partisipasi Siman ke lima kalinya di ajang SEA Games, sejak tahun 2011 lalu di Palembang," ujar Ni Made Sri Karmnini, Minggu (8/12/2019).

Hampir di semua ajang, pemuda asal Desa Tegak, Klungkung, Bali, tersebut mampu meraih emas untuk Indonesia dari cabor renang.

Hanya pada tahun 2015 di SEA Games Singapura, Siman gagal meraih emas dan hanya meraih perak.

"Sebelum kembali turun di SEA Games 2019 di Manila, Filipina, Siman mendapatkan kesempatan pemusatan latihan di Amerika sejak September lalu," ungkap Sri Karmini.

Selama tiga bulan, Siman mendapatkan kesempatan menjalani training di Virginia Tech University, USA.

Selain pemusatan latihan, juga menjalani beberapa kali perlombaan di negeri paman sam.

"Sebelum berangkat ke Manila, Filipina, untuk mengikuti SEA Games, Siman berlatih setiap hari," ungkap Sri Karmini.

Krama Desa Tembok Kembangkan Buah Langka Jeruk Keprok Tejakula

Soal Kontrak Pemain Bali United, Teco: Sepakbola Itu Bisnis, Kamu Bisa Jual Pemain untuk Uang

Disiplin merupakan kunci sukses Siman mempertahankan prestasinya.

Menurut sang ibu, Siman selalu memiliki semangat berlatih, juga selalu patuh dengan instruksi pelatih.

"Siman itu juga selalu rendah hati. Saya sebagai orangtua selalu mendukung dan berpesan agar tidak lupa selalu berdoa, dan apapun hasilnya tetap disyukuri," ungkapnya.

Ia berharap Siman selalu bersemangat menjalani event-event ke depannya.

Terlebih tahun depan Siman sudah harus bersiap mengikuti PON maupun Olimpiade.

"Meraih medali Olimpiade tentu menjadi impian bagi setiap atlet, begitu juga Siman. Semoga ke depannya ia selalu berprestasi," harapnya.

Siman tertarik dengan olahraga renang sejak kecil.

Ketika Siman duduk di bangku sekolah dasar di SDN 1 Semarapura Kangin, ia minta izin untuk ikut ekstrakulikuler renang di sekolahnya.

Ketika itu Siman sangat ingin bisa renang, setelah melihat teman-temannya berenang di kolam renang Lila Harsana Klungkung.

"Kalau dia renangnya di sungai, saya jadi takut juga. Apalagi jika hujan, jadi saya izinkan untuk ikut ekstrakulikuler renang,” ujar Ni Made Sri Karmini.

Siman ketika itu berlatih di kolam renang yang hanya memiliki panjang 20 meter.

Namun, Siman justru mengalami perkembangan yang pesat.

Baru dua bulan mengikuti privat renang, Siman sudah dipercaya mengikuti perlombaan renang di tingkat kabupaten yang ketika itu dilaksanakan oleh TNI.

Siman pun meraih prestasi gemilang, karena berhasil memperoleh medali.

UPDATE Perolehan Medali SEA Games 2019 , Indonesia Berpeluang Tambah 3 Emas dari Bulu Tangkis

Festival Kuwung Hadirkan Gemilangnya Ragam Seni Budaya Banyuwangi

“Meraih medali di perlombaan tersebut membuat Siman semakin semangat latihan renang. Kelas IV SD, Siman pun mendapatkan kesempatan untuk mengikuti perlombaan renang usia dini di Jakarta,” jelas Ni Made Sri Karmini.

Perjuangan pun dimulai.

Tidak hanya bagi Siman, namun juga kedua orangtua dan keluarganya.

Saat mengikuti kompetisi renang di Jakarta tersebut, seluruh biaya ditanggung sendiri oleh peserta renang.

Demi mendukung prestasi sang putra tunggal, kedua orangtua Siman ketika itu rela menjual seluruh barang berharganya, mulai dari sapi peliharaan, mobil, tanah, hingga perhiasan emas, agar Siman dapat ikut berkompetisi.

Bahkan keluarga Siman sampai rela berutang, hingga minta bantuan ke kerabat untuk menutupi biaya tiket hingga biaya hidup selama siman bertanding di Jakarta.

“Saat itu tiket bolak-balik, latihan, hingga biaya hidup semua kita yang tanggung. Kira-kira sampai 25 kali saya dan Siman bolak-balik Jakarta. Saya rela seperti itu karena saya lihat prestasi Siman di renang terus mengalami peningkatan, sehingga kita harus dukung itu,” jelasnya.

Siman akhirnya direkrut untuk gabung di salah satu klub renang di Jakarta, dan berkesempatan mengikuti pemusatan latihan.

Siman pun mulai berlatih di kolam yang memiliki panjang 50 meter.

Prestasi Siman terus berkembang.

Tahun 2009, Siman sudah menetap di Jakarta untuk mengikuti pemusatan latihan pasca memperoleh emas di Porprov Bali tahun 2009.

Pada tahun 2010, Siman berkesempatan ikut ASEAN Games di Guangzhou Tiongkok.

Namun ketika itu ia belum memperlihatkan prestasi yang mentereng.

Setahun kemudian atau tahun 2011, barulah Siman kembali berkesempatan membawa nama Indonesia di ajang SEA Games 2011 di Palembang, Sumatera Selatan.

Penggunaan Bahasa Indonesia di Era Digital, Sering Tak Beraturan, Banyak Kata Baru hingga Emoticon

Miliki Bakat dan Keterampilan, 6 Zodiak Ini Punya Kemampuan Public Speaking yang Baik

Ketika itu nama Indonesia yang sudah lama absen medali emas dari cabor renang, mulai terangkat oleh Siman.

Pemuda asal Desa Tegak, Klungkung, tersebut berhasil memborong 4 medali emas dari cabor renang.

Bahkan tahun 2012 atau di usianya yang masih menginjak 18 tahun, pemuda kelahiran 8 September 1994 tersebut sudah ikut membawa nama Indonesia di ajang olah raga paling bergengsi di dunia, yakni Olimpiade yang ketika itu dilaksanakan di London, Inggris.

“Walau di ajang Olimpiade Inggris Siman tidak mampu mendulang prestasi, namun di usianya yang ke 18 tahun, sudah bisa ikut ajang dunia seperti itu, sudah merupakan prestasi yang luar biasa bagi Siman. Hal itu tidak akan dilupakan olehnya,“ ungkap Ni Made Sri Karmini.

Setelah berbincang sekitar 30 menit tentang segala prestasi Siman di kediaman sederhannya, Tribun Bali lalu diajak ke sebuah areal perkebunan duren di seputaran Desa Tegak, Klungkung.

Di perkebunan tersebut, ayah dari Siman yakni I Ketut Sudartawa tampak sibuk memberi pakan ratusan bebek peliharaanya.

Kesederhanaan jelas tampak di keluarga tersebut.

Setelah Siman berhasil berprestasi dan mendapatkan hasil dari jerih keringatnya, kedua orangtuanya justru tetap hidup dengan kesederhanaan.

Kedua orangtua Siman tetap memilih menjadi peternak bebek, dan mencoba usaha telur asin.

“Seperti ini lah kesibukan kami. Kalau ada waktu, salah satu dari kami, bisa saya atau ayahnya selalu menyempatkan diri untuk menengok Siman di Jakarta. Kami gantian, kalau Ayahnya ke Jakarta, jadi saya yang mengurus kandang dan sembahyang di rumah. Kalau saya yang ke Jakarta menengok Siman, ayahnya lah yang di rumah,” ungkap Ni Made Sri Karmini

Di matanya, meskipun sudah berprestasi hingga ajang internasional, Siman tetap menjadi sosok yang sederhana.

Menuruntya, Siman adalah anak yang tidak pernah perhitungan.

Segala penghasilan yang didapat Siman dari prestasinya, selalu orangtua yang mengatur.

“Apapun yang dia dapat, itu untuk membahagiakan orangtua. Ia hanya membawa sedikit uang untuk jajan, sisanya pasti orangtuanya yang diminta untuk mengaturnya,” jelas Made Sri Karmini sembari mengambil telur bebek di kandangnya.

Selain itu di mata sang ibu, Siman adalah sosok remaja yang pendiam namun mudah akrab dengan orang lain.

Siman juga orang yang suka humor dan supel bergaul.

“Dia itu dekat dan terbuka dengan ibunya. Kadang saya kangen sekali dengan dia. Tapi saat persiapan SEA Games tahun ini, mes untuk cabor renang kebetulan ada di Mengwitani, dan latihannya di Blahkiuh. Jadi Siman hampir setiap hari Sabtu pulang, dan hari Minggu balik lagi karena hari Senin kan harus latihan lagi,” terang Ni Made Sri Karmini.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved