Hari Raya Natal
Melihat Prosesi Misa di Gereja Tertua di Bali, Semua Kenakan Pakaian Adat, Ada Gebogan Hingga Penjor
Sejumlah ornamen gereja juga dengan style Bali. Berbagai hiasan seperti penjor juga menghiasi gereja ini
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Huda Miftachul Huda
Hanya saja Edi Yudiyana yang juga merupakan Sekretaris DPP Tritunggal Mahakudus Tuka, Dalung itu mengatakan tetap menghimbau umatnya untuk menggunakan pakaian adat Bali.
“Kalau dia tidak dari Bali, mungkin dia juga bisa menggunakan pakaian dari daerahnya sendiri,” pungkasnya.
Salah satu jemaat Ninik Wibowo yang hadir pada misa dan menggunakan pakaian adat mengatakan sebagai umat beragama pihaknya harus menghargai adat dan istiadat yang ada.
• 4.500 Jemaat Rayakan Natal di GPIB Maranatha Denpasar, Di Kuta Utara Jemaat Ziarah Makam
• Perayaan Hari Natal 2019 di Lapas Perempuan Denpasar, Lili: 16 Napi Dapat Remisi
Menurutnya jika sudah tinggal di Bali, juga harus menghargai adat yang ada di bali.
“Jadi perayaan ini kan bisa dikatakan memadukan dengan budaya lokal. Apalagi kita sekarang tinggal di Bali kan tentu sudah menjadi orang Bali,” katanya.
Perempuan yang mengaku tinggal di Bali dari tahu 1978 itu mengakui dalam perayaan besar yang ada, penggunaan pakaian adat Bali itu memang diharapkan oleh penyelenggara untuk menggunakan pakaian adat Bali.
Bahkan ia mengaku, penggunaan pakaian adat Bali sejatinya tidak ada masalah.
Pasalnya sesuai perbup hari Kamis juga menggunakan pakaian adat Bali.
“Kita sudah bisa seperti peraturan gubernur itu, yakni hari Kamis, purnama, tilem kita sudah biasa menggunakan pakaian adat. Tidak canggung dan malah saya senang sekalai menggunakannya,” pungkasnya. (*)