Liputan Khusus

3 Wilayah di Bali Simpan Potensi Likuifaksi Jika Terjadi Gempa Kuat, Seririt Paling Disorot

Memasuki musim hujan saat ini, dalam musyawarah daerah dan focus group discussion (FGD) pada Jumat (27/12), Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Penulis: Sunarko | Editor: Ady Sucipto
Tribun Bali/Prima
Ilustrasi air tanah 

3 Wilayah di Bali Simpan Potensi Likuifaksi Jika Terjadi Gempa Kuat, Kecamatan Seririt Paling Disorot

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR -- Memasuki musim hujan saat ini, dalam musyawarah daerah dan focus group discussion (FGD) pada Jumat (27/12), Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Pengurus Daerah Bali membahas potensi kebencanaan yang di Bali, terutama bencana gerakan tanah (tanah longsor).

Selain itu juga disinggung tentang potensi likuifaksi di Bali.

Ida Bagus Ari Chandana, geolog senior di Bali sekaligus anggota IAGI Pengda Bali, menjelaskan proses terbentuknya (genesa) tanah longsor, faktor penyebabnya, gejala yang ditemukan di lapangan serta bagaimana memetakan potensi terjadinya.

Menurut Gus Ari, secara umum gejala tanah longsor dapat dipicu oleh akibat ketidakstabilan sebuah lereng dalam menahan beban tanah/batuan.

Hal ini diperkuat oleh kondisi hujan, yang menyebabkan tanah menjadi jenuh air dan mudah longsor.

Adapun gejala umum yang dapat diamati sebelum terjadi longsor antara lain kemunculan retakan-rekatan di lereng yang sejajar dengan arah tebing, munculnya mata air baru di lereng dan kondisi tebing terlihat rapuh, serta mulai berjatuhan material kerikil di tebing tersebut.

Gus Ari memaparkan, potensi gerakan tanah di Bali ada pada daerah dengan kondisi kelerengan terjal dan kondisi  batuan yang rapuh.

Salah-satunya seperti di daerah Penelokan Kintamani, Kabupaten Bangli.

Menurut Gus Ari, kondisi demikian dapat ditanggulangi dengan menerapkan metode keteknikan pada lereng yang rawan gerakan tanah, seperti mengaplikasikan tiang pancang pada bangunan maupun penerapan slope stability pada lereng yang curam.

Sementara itu, dalam pemaparannya tentang potensi likuifaksi di Bali di FGD IAGI tersebut, Ida Bagus Oka Agastya mengatakan bahwa untuk terjadinya likuifaksi dibutuhkan adanya gempa yang kuat dan kondisi batuan/tanah yang bersifat lepas-lepas serta jenuh air tanah.

“Badan Geologi pada tahun 2019 ini mengeluarkan Atlas Kerentanan Likuifaksi di Indonesia, di mana Bali termasuk daerah yang rentan terhadap likuifaksi,” anggota yunior IAGI Pengda Bali.

Pada peta kerentanan likuifaksi Bali itu, daerah yang rentan mengalami potensi likuifaksi  ialah daerah Teluk Benoa, Seririt dan Perancak.

Pada tiga wilayah tersebut, kondisi tanah/batuan dan air tanahnya berpotensi dapat terjadi likuifaksi.

Namun, untuk Perancak dan Teluk Benoa masih menjadi bahan diskusi dan perlu diteliti lebih lanjut.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved