Warga Ringdikit Buleleng Ancam Demo, Krisis Air Bersih Karena Air PDAM Mati Sejak Sebulan Lalu
Kendati sudah memasuki musim hujan, sekitar 2.000 warga di Desa Ringdikit Buleleng, masih kesulitan mendapatkan air bersih, ini disebabkan air mati
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Irma Budiarti
Warga Ringdikit Buleleng Ancam Demo, Krisis Air Bersih Karena Air PDAM Mati Sejak Sebulan Lalu
TRIBUN-BALI.COM, BULELENG - Kendati sudah memasuki musim hujan, sekitar 2.000 warga di Desa Ringdikit, Seririt, Buleleng, Bali, masih kesulitan mendapatkan air bersih.
Kondisi ini mereka rasakan sejak satu bulan lalu.
Seperti yang dikeluhkan Made Murni, warga Banjar Kawan, Desa Ringdikit.
Wanita berusia 65 tahun ini mengaku sudah satu bulan harus mandi dan cuci baju di sungai yang jaraknya sekitar 700 meter dari rumahnya, lantaran air PDAM mati.
Untuk keperluan memasak menggunakan bantuan air yang disuplai dengan truk tangki milik PDAM.
"Sudah satu bulan airnya mati. Kalau bayar tetap saja mahal sekitar Rp 60 ribu. Karena krannya sempat saya buka terus mau ngecek airnya sudah nyala atau belum. Ternyata yang keluar hanya angin, bukan air. Mungkin itu penyebabnya saya jadi mahal bayar air," keluhnya.
Murni mengatakan, suplai air bersih ini memang rutin diberikan pihak PDAM.
• 5 Manfaat Minum Kopi Tanpa Gula, Bantu Menurunkan Risiko Diabetes Hingga Kanker
• Bingung Mau Liburan Kemana di Tahun 2020 ? Rekomendasi Destinasi Wisata untuk Long Weekend 2020
Dalam sehari, sekitar dua truk tangki air bersih diturunkan.
Namun jatah untuk masing-masing kepala keluarga hanya dua hingga tiga ember.
"Cukup untuk memasak saja. Kalau minum terpaksa beli galon sehari Rp 12 ribu. Kalau buang air, mandi dan nyuci di telabah (sungai)," terangnya.
Kondisi sama, dikeluhkan warga Banjar Dinas Kelodan, Putu Suwiyasa (35).
Ia sudah berulang kali protes ke PDAM.
Suwiyasa mengaku mendapat jawaban, karena ada perbaikan pipa hingga menurunnya debit air.
"Katanya karena masih memakai sistem gravitasi, sehingga air tidak bisa masuk ke desa kami. Tapi logikanya di desa tetangga yang ketinggiannya hampir sama, air terus saja mengalir," ucapnya.