Berkenalan Dengan Endometriosis, Penyebab Wanita Susah Hamil

Berkenalan Dengan Endometriosis, Penyebab Wanita Susah Hamil, Penyakit Kronis Lapisan Fungsional yang Bersifat Sensitif Terhadap Hormon

Gambar oleh silviarita dari Pixabay
foto ilustrasi perut wanita 

TRIBUN-BALI.COM - Kehadiran buah hati merupakan hal yang paling ditunggu oleh semua pasangan yang telah menikah.

Ada pasangan yang telah menikah lama namun belum mendapatkan anak.

Berbagai kemungkinan bisa menyebabkan hal tersebut terjadi seperti endometriosis.

Endometriosis merupakan salah satu penyebab wanita susah hamil.

Kongres PSSI dan RUPS PT LIB di Bali, Akan Dihadiri Seluruh Pemilik Klub Liga I Indonesia

Dalam 2 Hari, Dua Jenazah Bayi Ditemukan di Denpasar, Hari Ini di Jalan Imam Bonjol

Kamu Baru Punya Bisnis ? Ini 4 Tips Membangun Kepercayaan Dari Calon Pembeli

Dilansir Hello Sehat, endometriosis adalah kondisi di mana jaringan yang seharusnya melapisi dinding rahim (endometrium) tumbuh dan menumpuk di luar rahim.

Dalam keadaan normal, jaringan dinding rahim akan menebal ketika Anda akan mengalami ovulasi.

Hal ini terjadi sebagai upaya persiapan agar calon janin dapat menempel pada rahim jika terjadi pembuahan.

Bila tak ada pembuahan, endometrium yang telah menebal akan luruh dan keluar dari tubuh dalam bentuk darah.

Nah, saat itulah Anda mengalami haid.

Sementara jika Anda mengalami penyakit ini, jaringan dinding rahim yang tumbuh di luar rahim juga akan ikut meluruh saat Anda mengalami haid.

Namun, jaringan yang meluruh itu tidak keluar melalui vagina seperti pada jaringan normal yang terdapat di dalam rahim, sehingga sisa-sisa endometrium tersebut akan mengendap di sekitar organ reproduksi.

Salah satu gejala endometriosis yang sering dialami perempuan, tapi diabaikan adalah sakit nyeri berlebih di bagian perut dan punggung ketika sedang haid.

Menurut Sains, Endometriosis terjadi pada 10 persen perempuan pada usia reproduksi atau premenopause.

"Prevalensi endometriosis terjadi sekitar 10 persen pada perempuan usia reproduksi atau premenopause pada populasi dunia," ujar Dosen Poltekkes Kemenkes Palembang, Ocktariyana SST, M.Kes, dalam promosi gelar doktor bidang Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Selasa (17/12/2019).

Dari laporan yang diterima Okta, sepertiga usia remaja 10-21 tahun memiliki keluhan nyeri kronis di daerah perut dan panggul. 

Selain itu, perempuan yang merasakan nyeri saat haid (dismenore) memiliki kemungkinan menderita endometriosis pada tingkat sedang sampai berat.

Data Rumah Sakit Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo RSCM  mengungkap, 82,5 persen pasien endometriosis memiliki keluhan dismenore kronis sebesar 81 persen dan 33,7 persen infertilitas atau sulit hamil.

Rasa nyeri yang diderita perempuan endometriosis bahkan menyebabkan terganggunya kualitas hidup dan produktivitas kerja karena ketidakhadiran rata-rata 5,3 jam per minggu. 

Apa itu endometriosis?

Pertumbuhan jaringan mirip endometrium atau disebut endometriosis merupakan penyakit kronis lapisan fungsional yang bersifat sensitif terhadap hormon, dan tumbuh di luar rongga rahim.

Terdapat beberapa jenis endometriosis berdasarkan lokasinya, antara lain susukan endometriosis selaput perut atau peritoneum, endometriosis penyusukan lebih dalam atau deep endometriosis, dan endometriosis indung telur atau ovarium.

Salah satu teori menyatakan bahwa penyebab penyakit endometriosis adalah adanya kelainan endometrium.

Sementara, endometrium merupakan lapisan terdalam pada rahim dan tempat menempelnya ovum yang telah dibuahi.

Pada fase menstruasi, terjadinya peluruhan dinding rahim atau pembuluh darah yang terdapat di dalam lapisan endometrium tersebut. 

Namun, pada saat terjadi kelainan endometrium yang menyebabkan endometriosis, peluruhan dinding rahim tersebut justru mengalir balik menuju rongga perut dan mengalami perlekatan dan tumbuh berkembang di daerah peritoneum.

Gejala penyakit endometriosis berkaitan dengan keluhan nyeri saat haid, nyeri saat masa subur, nyeri saat buang air kecil dan besar, perdarahan abnormal, nyeri panggul kronis, kelelahan, dan infertil.

Gen Pengkode Nyeri Menurut Okta, wanita dengan endometriosis yang berakibat hingga infertilitas terjadi karena lamanya waktu penyakit yang satu ini dapat terdiagnosis.

"Dan sayangnya penyakit ini terdiagnosis setelah 12 tahun menderita penyakit tersebut," kata dia. 

Oleh sebab itulah, dalam penelitiannya Okta mencoba untuk memanfaatkan genetika yang disebut dengan Gen Pengkode Nyeri, yang mana hal ini dijadikan pengembangan deteksi dini penyakit endometriosis tanpa tindakan operasi.

Penelitian ini telah menganalisis gen-gen pengkode nyeri yang ditinjau dari aspek genetik dan epigenetik pada penderita endometriosis.

Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui bagaimana patogenesis penyakit endometriosis berdasarkan aspek genetik dan epigenetik, sehingga dapat menentukan pengobatan yang tepat terkait keluhan nyeri.

Selain itu, penemuan terpenting dalam penelitian ini adalah telah ditemukannya gen yang paling berpotensi menjadi biomarker dalam endometrium, dimana penderita endometriosis dengan keluhan nyeri tersebut dapat didiagnosis.

"Dapat diterapi lebih awal dengan pemeriksaan gen tanpa melakukan tindakan operasi," ujarnya.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Nyeri Berlebih saat Haid? Waspada Endometriosis, Si Pemicu Susah Hamil", https://sains.kompas.com/read/2019/12/19/113200723/nyeri-berlebih-saat-haid-waspada-endometriosis-si-pemicu-susah-hamil?page=all#page2.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved