LPPM Unud Target Tanam 1.000 Bibit, Kembalikan Kejayaan Jeruk Keprok Tejakula
Kombinasi rasa manis dan asam serta warna kulit oranye cerah membuat jeruk keprok Tejakula menjadi primadona.
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana
TRIBUN-BALI.COM, BULELENG – Kejayaan jeruk keprok Tejakula di tahun 1980-an acap kali dirindukan oleh masyarakat di wilayah Buleleng Timur.
Kombinasi rasa manis dan asam serta warna kulit oranye cerah membuat jeruk keprok Tejakula menjadi primadona.
Namun, akibat serangan penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD), popularitas jeruk keprok Tejakula menurun dan bahkan hampir punah sejak tahun 1983.
Oleh karena itu, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Udayana (Unud) melalui Laboratorium Biopestisida berharap bisa mengembalikan kejayaan tanaman tersebut.
• Adian Napitupulu Mengklaim Politikus PDIP Buronan KPK Bukan Pelaku, Namun Korban
• Rumah Makan Prambanan dan Kios Antique Surabaya Ludes Terbakar
• Kepala BB Vet Duga Kematian Babi di Badung karena Cuaca, Masih Tunggu Hasil Pengujian di Medan
Hal ini dikerjakan oleh tiga orang tim peneliti yang terdiri dari Prof. Dewa Ngurah Suprapta, Prof. I Gede Rai Maya Temaja dan Dr. Khamdan Khalima.
Salah satu peneliti Prof. Dewa Ngurah Suprapta mengatakan, upaya yang dilakukan dalam mengembalikan kejayaan keprok Tejakula yakni dengan melakukan penanaman sebanyak 1.000 bibit di beberapa desa yang masuk wilayah Kecamatan Tejakula, seperti Desa Tejakula, Desa Sembiran, Desa Bon Dalem dan Desa Les Kabupaten Buleleng, Bali.
Setelah dilakukan penanaman di Desa Tejakula, Tim LPPM Unud kali ini melakukan penanaman 345 bibit jeruk keprok Tejakula di Desa Sembiran Buleleng bersama para petani setempat, Minggu (19/1/2020).
• Desa Adat Dapat Kucuran Rp 300 Juta, DPRD Bali Harap Tokoh Masyarakat Tidak Lakukan Pemekaran
• Setelah Aksi Klaim Natuna, China Marah Kapal Induk Amerika Berlayar di Selat Taiwan
• Terdakwa Pembobol Kartu Kredit Asal Afrika Ngamuk di PN Denpasar, Wartawan Dilempar Botol
Berbeda dengan desa lainnya, Desa Sembiran yang memiliki kontur tanah berbukit cenderung mengalami kesulitan air, terutama pada saat musim kemarau.
Meski demikian, Prof. Suprapta bersama tim mengaku optimis jeruk keprok Tejakula bisa hidup dengan baik karena penanaman dilakukan dengan dengan sistem tanam tumpang sari antara tanaman jeruk keprok Tejakula dengan tanaman turi yang diberi nama Sistem Integrasi Jeruk dan Turi (Sijuri).
Tanaman turi yang ditanam tersebut akan membantu pertumbuhan jeruk keprok Tejakula di Desa Sembiran.
“Terutama pada musim kemarau tidak ada sumber air, tapi kami optimis penanaman turi bisa membantu menjaga kelembaban kebun dan menyuburkan tanah,” tuturnya melalui siaran pers yang diterima Tribun Bali, Senin (20/1/2020).
• BNNP Bali Ungkap Tindak Pindana Narkotika Jaringan Medan, Pelatih Surfing Ditangkap di Canggu
• Lama Jadi Misteri, Calon Istri Sule Seorang Pramugari? Ini Jawaban Terbaru Dari Pengacara
Dijelaskan, bahwa tanaman turi merupakan jenis legum yang berfungsi membantu mengikat udara dan menyimpannya dalam bentuk bintil akar.
Dengan fungsinya ini, tanaman turi mampu menjaga kelembaban kebun dan mengurangi tingkat stres pada tanaman akibat kekeringan.
Tanaman turi pun dapat meningkatkan keragaman hayati serangga yang bermanfaat baik bagi tanaman.
Selain itu, bunga, buah, dan daunnya dapat dikonsumsi sebagai sayuran.
“Turi juga disukai serangga, sehingga keragaman hayati serangga meningkat dan penyebaran penyakit yang dilakukan serangga kepada jeruk bisa kita hambat,” jelasnya.
Selain adanya tanaman turi, Prof. Suprapta mengaku optimis langkah ini akan berhasil setelah ditemukannya formula biostimulan yang mengandung bakteri Stenotrophomonas maltophilia.
Bakteri ini dinilai mampu membantu keseimbangan dan menginduksi ketahanan tanaman terhadap patogen.
Tidak sekadar menanam, LPPM Unud turut melakukan monitoring dan melibatkan mahasiswa untuk mempelajari kesuburan tanah, keanekaragaman hayati serangga dan penelitian lainnya.
“Kita akan melakukan monitoring, kegiatan ilmiah untuk mahasiswa seperti keragaman hayati serangga, kesuburan tanahnya, membandingkan jeruk yang ditanam tanpa turi untuk melihat kemungkinan penyakit yang timbul,” tambah Prof. Suprapta.
Sementara itu, Kelian Banjar Dinas Dukuh Desa Sembiran Nengah Ardana berharap uji coba akan berhasil dan dapat mengembalikan kejayaan jeruk keprok Tejakula di Desa Sembiran serta untuk kesejahteraan petani.
“Masalahnya curah hujan yang kurang dan penyakit CVPD ini. Ditanam 1 atau 2 tahun sudah mati. Ditanam 2 hingga 3 kali juga sudah kuning kena penyakit,” kisahnya.
Upaya budidaya jeruk keprok Tejakula oleh tim peneliti LPPM Unud juga disambut baik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali.
Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikultura Bali Nyoman Suastika berjanji senantiasa mengawal tumbuh kembang jeruk keprok khas Tejakula ini.
“Kita akan sinergikan dan mengawal kondisi tanaman, identifikasi, lihat perkembangannya, amati, dan kalau pun ada serangan hama penyakit, akan kita kawal dengan penyediaan sarana prasarana yang ada,” tegas Suastika. (*)