Ngopi Santai

Kota Yang Bahagia

Jika tuan ingin mencintai sebuah kota, selami kegundahannya untuk mengerti seberapa kerap dia terbahak.

Penulis: DionDBPutra | Editor: Eviera Paramita Sandi
Tribun Bali/Rizal Fanany
Pemandangan Taman Kumbasari di kawasan Tukad Badung di jalan Gajahmada, Denpasar 

Ya sebagian besar waktunya tersedot untuk perjalanan padat merayap bahkan tersendat berjam-jam.

Tak berbilang tekanan fisik dan mental.

Sebuah kota yang sesak, macet dan kini kebanjiran pula.

Demikianlah wajah metropolitan Jakarta.

Jadi keputusan pemerintah membangun ibu kota negara yang baru di Kalimantan kiranya baik dalam perspektif Indonesia masa depan.

Juga demi mewariskan sesuatu yang lebih baik bagi generasi berikutnya.

Bahasa kerennya biar Jakarta menjadi kota yang manusiawi.

Kota yang (warganya) bahagia, mengutip tekad Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Manusia membangun kota dan kota membentuk manusia.

Senin pekan ini, sebelum pulang ke Denpasar setelah merajut persaudaraan kasih dalam suatu acara keluarga, saya selintas melihat bagaimana Jakarta membentuk perilaku manusianya melalui moda transportasi umum bernama MRT (Mass Rapid Transit) alias Moda Raya Terpadu.

Kebiasaan berdesak-desakan yang dulu jamak di stasiun kereta api kini fakir di mata.

MRT bersih, tertib, rapi dan wangi.

Anak milenial, ibu rumah tangga, orang kantoran, pekerja bersandal sampai yang berdasi, cantik, ganteng dan harum, naik MRT dengan bangga.

Batavia berubah.

Keberadaan MRT di Jakarta membentuk kultur urban baru yang bikin setiap orang merasa nyaman.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved