Peternak di Bali Resah Sudah 606 Babi Mati di 3 Kabupaten Ini, Gejala Demam Tinggi & Kulit Kemerahan
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan mencatat sudah ada 606 babi mati di tiga kabupaten dan kota di Bali
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Ady Sucipto
606 Babi Mati di Tiga Kabupaten Bali, Gejala Klinis; Demam Tinggi dan Kulit Kemerahan
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan mencatat sudah ada 606 babi mati di tiga kabupaten dan kota di Bali, yakni Badung, Tabanan, dan Denpasar.
Data itu berdasarkan hasil kompilasi laporan dari Badung, Denpasar, dan Tabanan sampai tanggal 22 Januari 2020.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Ketut Gede Nata Kesuma, mengatakan 606 babi tersebut menunjukkan gejala klinis seperti demam tinggi, kulit kemerahan pada daun telinga dan bagian tubuh lainnya.
Selain itu juga mengalami muntah, diare, dan diakhiri dengan kematian.
“Kematian babi ini telah menimbulkan kerugian pada peternak,” kata Nata Kesuma melalui keterangan tertulisnya yang diterima Tribun Bali, Kamis (23/1).
Nata menuturkan, kematian ratusan babi ini di samping menimbulkan kerugian ekonomi juga akan berdampak psikologis dan kepanikan pada peternak lain di sekitarnya dengan menjual ternak babi dengan harga murah.
Kondisi tersebut perlu dicegah dengan melakukan tindakan cepat melalui penelusuran terhadap penyebab kasus serta melakukan edukasi kepada masyarakat peternakan babi.
Terhadap banyaknya kasus kematian ternak babi ini, Nata mengatakan Pemprov Bali dan Pemkab Badung telah melakukan koordinasi dengan Balai Besar Veteriner Kelas I Denpasar.
Koordinasi dilakukan guna melakukan investigasi secara terpadu ke lokasi kasus serta melakukan pengambilan sampel untuk pemeriksaan laboratorium.
“Berdasarkan informasi dari BBVet Denpasar, hasil pengujian sedang berproses untuk di konfirmasikan dengan BBVet Medan,” jelasnya.
Menurut Nata, merebaknya kasus kematian ternak babi dalam waktu satu bulan terakhir di wilayah Kabupaten Badung dan Kota Denpasar menunjukkan adanya peningkatan patogenitas.
Hal itu disebabkan karena lingkungan di sekitar kandang kurang sehat ataupun disebabkan akibat adanya penyebaran virus, bakteri atau parasit dari satu lokasi ke lokasi lain.
Patogen itu ditularkan melalui kontak antara babi sehat dengan babi sakit atau melalui sumber lainnya seperti pakan yang berasal dari limbah hotel (swill feeding) yang mengandung bahan dari babi, pelaralatan kandang, dan sarana lainnya.
Dijelaskan olehnya, Provinsi Bali memang salah satu wilayah yang memiliki risiko tinggi terhadap ancaman masuknya penyakit African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika.