Harga Babi Anjlok Akibat Banyaknya Kasus Babi Mati Mendadak di Bali

Banyaknya babi mati mendadak di beberapa kabupaten di Bali membuat harga daging babi merosot

Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Irma Budiarti
Balai Besar Veterinereriner Denpasar
AMBIL SAMPEL - Petugas Balai Besar Veterinereriner Denpasar mengambil sampel darah babi di Desa Cau Belayu, Kecamatan Marga, Tabanan, Rabu (29/1/2020). Harga Babi Anjlok Akibat Banyaknya Kasus Babi Mati Mendadak di Bali 

Harga Babi Anjlok Akibat Banyaknya Kasus Babi Mati Mendadak di Bali

TRIBUN-BALI.COM, BADUNG – Banyaknya babi mati mendadak di beberapa kabupaten di Bali membuat harga daging babi merosot.

Pasalnya, bebebrapa peternak babi cepat-cepat menjual babinya yang sakit dengan harga murah. 

Padahal virus yang mengenai babi saat itu tidak akan menular pada manusia.

Bahkan daging babi sehat, sejauh ini masih layak untuk dikonsumsi.

Sehingga masyarakat diharapkan tidak perlu cemas dalam mengonsumsi daging babi.

Hal itu dikatakan Ketua Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Bali, Ketut Hari Suyasa, Jumat (31/1/2020)

“Sebenarnya ini kejadian yang luar biasa. Sehingga sangat berdampak dengan konsumen maupun peternak,” ujarnya.

Pihaknya mengaku sangat menyayangkan hasil laboratorium yang tidak kunjung keluar, dengan alasan yang berhak untuk mengumumkan hasil laboratorium tersebut adalah Kementrian Pertanian. 

Padahal beberapa kabupaten seperti Badung sudah memberikan sampel darah babi mati mendadak.

“Sebelumnya kami melakukan pertemuan dengan pemerintah, para ahli, peternak maupun stakeholder yang lain. Nah dalam pertemuan tersebut yang berhak menentukan hasil lab adalah Menteri Pertanian,” katanya.

527 Babi Mati Mendadak di Tabanan, Dinas Pertanian Usulkan Pengadaan 1.200 Liter Disinfektan

36 Babi Mati Misterius di Gianyar, Distanak Gianyar Gencarkan Sosialisasi

Pihak  pemerintah di Kabupaten Badung maupun provinsi, menurutny,a tidak bisa menentukan hasil lab tersebut.

Sehingga pihaknya mengaku masih menunggu hasil dari uji laboratorium tersebut. 

“Melihat dari kejadian ini, kita kan ingin tahu, virus ini african swine fever (ASF) atau bukan, namun tetap masih menunggu,” ungkapnya.

Ia meminta pemerintah cepat bertindak menyelamatkan para peternak yang babinya terkena virus.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved