Peternak Panik Ada 888 Ekor Babi Mati, Pemprov Bali Gelar Acara Makan Babi Bersama

Kerugian yang dialami peternak babi di Bali akibat kematian 888 babi jika rata-rata per ekor dijual Rp 1,5 juta, adalah Rp 1,3 miliar

Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Huda Miftachul Huda
Istimewa
Foto istimewa : Sejumlah petugas BB Veteriner Denpasar akhirnya datang ke Tabanan untuk mengambil sampel darah babi di Desa Cau Belayu, Kecamatan Marga, Tabanan, Rabu (29/1/2020). 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Akibat banyaknya babi yang mati mendadak di Bali, Pemprov Bali melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali akan menggelar kampanye makan daging babi yang bertujuan mengembalikan kepercayaan publik bahwa daging babi aman dikonsumsi.

“Dari hasil diskusi dengan Pak Kepala Dinas dan Dirjen, upaya yang akan dilakukan untuk memulihkan kepercayaan peternak dan masyarakat atas musibah kematian ratusan babi di Bali, maka dipandang perlu untuk melakukan pemulihan psikologis dengan mengkampanyekan makan daging babi bahwa aman untuk dikonsumsi,” kata Kabid Kesehatan Hewan dan  Kesehatan Masyarakat Veteriner, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Ketut Gede Nata Kesuma, di Denpasar, Senin (3/2/2020).

Peternak Babi Di Denpasar Turunkan Harga Sejak Ada Isu Babi Afrika, per Kilo Hanya Rp 23 Ribu

Banyak Babi Mati Mendadak di Bali, Peternak di Jembrana Perketat Perawatan Babi

Sisa Makanan Dari Hotel dan Restoran di Bali Dicurigai Jadi Faktor Penularan Virus Babi Afrika

Lebih lanjut Nata menjelaskan, akibat dari banyaknya kasus kematian babi di beberapa lokasi di seluruh Bali, selain memberikan dampak ekonomi, juga memberikan dampak psikologis bagi peternak.

Dampak ini tidak hanya dialami oleh peternak yang tertimpa musibah tetapi juga peternak lain yang babinya tidak mati, sehingga mereka menjadi ikut merasa khawatir.

Lanjutnya, hal itu dibuktikan dengan jika sedikit saja ada isu tentang kematian babi maka mereka secara tergesa-gesa menjual babinya, padahal belum waktunya untuk dijual.

“Ketika semua tergesa-gesa ingin menjual babi, maka supply babi menjadi naik sehingga harga menjadi turun. Itu yang dimaksud dampak psikologisnya,” jelasnya.

Untuk itu, pihaknya di Pemprov Bali akan berupaya memulihkan keadaan ini dengan menyelenggarakan kampanya makan babi, yang rencananya akan dilaksanakan pada Jumat, 7 Februari 2020 mendatang di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali.

Tujuannya agar semua pihak bisa menyampaikan pesan bahwa babi di Bali aman untuk dikonsumsi.

Masyarakat tidak perlu khawatir menkonsumsi daging babi karena penyakit pada babi itu tidak menular pada manusia.

Kampanye akan melibatkan para peternak, pedagang dan masyarakat pecinta olahan daging babi.

Menurut estimasinya, adapun kerugian yang dialami peternak babi di Bali akibat kematian 888 babi jika rata-rata per ekor dijual Rp 1,5 juta, adalah mencapai sekitar Rp 1,3 miliar. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved