Wabah Babi Mati Mendadak di Bali Tembus 1000 Ekor, Peternak Babi Bingung Kembalikan Kredit
Wabah kematian babi secara mendadak di Bali sejak bulan Desember 2019 sangat memukul para peternak serta usaha terkait lainnya.
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Ady Sucipto
Pantauan Tribun Bali di Banjar Semana, Desa Mambal, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung menunjukkan banyak kandang babi kosong, tak seekor babi pun yang masih tersisa.
Warga setempat mengaku sebagian besar babi mati mendadak baik induk maupun anaknya.
“Di sini Bapak Made yang jual bibit babi.
Hanya sudah dijual semua karena beberapa babi mati secara mendadak,” kata warga yang enggan disebut namanya.
Menurutnya, sebagian besar masyarakat di Banjar Semana memelihara babi di belakang rumah.
Made Sudirta, peternak babi di Banjar Semana mengaku belum berani memelihara babi lagi setelah babinya mati secara mendadak dengan ciri-ciri demam, tidak mau makan sama sekali lalu mati.
“Serangannya begitu cepat," katanya.
Pascakejadian, Sudirta langsung menjual babi indukan yang masih hidup dan sehat.
“Saya langsung ambil tindakan, cepat," ujarnya, Minggu (2/2).
“Indukan ada yang mati, ada yang seusai melahirkan mati juga. Kalau anaknya ada sekitar 50 lebih. Nah saat mati kan diperiksa oleh dinas, jadi yang dinyatakan masih sehat itu yang saya jual,” ungkapnya.
Pria yang sempat memelihara 25 induk babi itu mengatakan, kandang babinya kini dibersihkan saban hari dan disemprot (disinfektan) seminggu sekali.
Kematian babi membuat Made Sudirta menderita kerugian Rp 50 juta lebih.
“Yang jelas untuk biaya pakan per ekor induk saya habiskan uang sebesar Rp 3.200.000. Itu rata-rasa sampai induknya memiliki anak hingga dipisahkan dari induknya,” paparnya.
Made Sudirta mengatakan, tim dari Pemerintah Kabupaten Badung sudah mengecek tempat usahanya dua kali.
Hanya hasil tes laboratorium itu belum disampaikan sehingga pihaknya belum berani beternak lagi.