GUPBI Bali Sayangkan Informasi Hasil Lab Babi Mati Simpang Siur

GUPBI Bali Sayangkan Informasi Hasil Lab Babi Mati Simpang Siur, Minta Upaya Pemerintah Jika Benar Virus ASF  

Tribun Bali/Putu Supartika
Foto ilustrasi kandang babi 

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA – Informasi yang simpang siur terkait hasil lab kematian babi di Bali sangat disayangkan perternak babi.

Bahkan informasi yang belum jelas tersebut membuat masyarakat kini semakin resah dan membuat suasana semakin kacau.

Hal itu diungkapkan Ketua Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Bali, Ketut Hari Suyasa saat dikonfirmasi terkait pengumuman Pemerintah Provinsi Bali Melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan mengenai hasil lab babi yang banyak mati.

“Kalau belum menerima hasil Lab kok berani bilang di Bali kena virus ASF (African Swine Fever), Itu sangat kami sayangkan. Walaupun benar di Bali ada dampak ASF pemerintah Provinsi tidak berhak mengumumkan, semestinya yang mengumumkan itu Kementrian,” ungkap Hari Suyasa, Jumat (7/2/2020).

Yang Terjadi Pada Tubuhmu Jika Makan 1 Buah Apel Setiap Hari, Mencegah Stroke hingga Melawan Kanker

Ketua PHDI Sebut Arak Bali Punya Tiga Manfaat

Selain Ular Python, Rumah Made Atmadi di Denpasar Juga Sempat Dimasuki Dua Ular Kobra

Pihaknya mengaku GUPBI Bali mempertanyakan hal tersebut, terutama dasar atau landasan pemerintah hingga mengumumkan bahwa itu ASF.

“Kementrian saja belum mengumumkan, apa men digunakan pemerintah sebagai dasar. Ini menurut saya tidak benar, karena dampaknya terjadi kepanikan terhadap masyarakat, dengan tergusur-susunya memberikan informasi tersebut,” bebernya.

Menurutnya masyarakat terutama peternak kini seakan berduka lantaran ada wabah seperti ini.

Hanya saja pihaknya meminta agar tidak memutuskan harapan para peternak.

“Ini kan menjelang hari raya, jangan sampai membuat peternak tidak bisa tersenyum gara-gara komentar yang tidak baik, atau komentar yang simpang siur,” jelasnya.

Pria asal Abiansemal, Badung ini meminta, pemerintah semestinya berpikir untuk membantu petrnak baik yang sudah kena dampak atau yang belum terdampak agar peternak bisa bernapas lega menjelang hari raya. 

Selebihnya pemerintah juga harus melakukan tindak lanjut untuk mengantisipasi jika benar adanya ASF yang menyerang pulau Bali ini.

“Semua kan harus berkaca dengan kejadian di Medan, Karena kita tidak tau penyakitnya apa dan obatnya apa. Maka dari itu yang penting sekarang bukan masalah Negatif atau Positif tapi bagaimana tindak lanjut kita menyikapi masalah ini,” katanya

“Kita sementara bergandengan tangan dengan Pemerntah daerah dan Keswan Provinsi untuk menenangkan masyarakat  dengan turun ke lapangan untuk mengedukasi masyarakat agar tidak panik. Serta meyakinkan masyarakat untuk melakukan antisipasi agar wabah tersebut tidak meluas,” tambahnya

Menurut Heri Suyasa, Pemerintah harus mememperhatikan langkah-langkah atau upaya, jika Bali nantinya memang benar terserang virus ASF atau hasilnya sudah Positif.

“Misalnya hasilnya sudah keluar positif, Jadi kan pemerintah harus mengambil langkah cepat. Misalnya lagi dilakukan eliminasi , kesiapan dari anggaran bagaimana, apa ada ansuransi babi-babi peternak atau bagaimana?. Semestinya ini yang harus dibicarakan, jangan berpolemik,” tegasnya.

Lanjut dijelaskan, pemerintah semestinya melakukan kegiatan kedalam, dengan ke lapangan bekerja dan mengantisipasi serta memberikan solusi yang pasti.

Sehingga peternak di Bali tidak ada masalah untuk berternak kembali.

“Sementara lalulintas daging atau babi antar kabupaten harus ditanggulangi juga agar wabah ini tidak semakin meluas,” katanya.

Disinggung mengenai hasil lab di Kabupaten Badung yang dikatakan negatif,  Heri Suyasa juga mengakui hal tersebut.

Hanya saja menurutnya sampel tersebut merupakan sampel daging diawal bulan Januari atau sebelum maraknya babi mati.

“Memang benar dari 23 sampel 16 yang Negatif, saat itu kematian mulai tinggi dan saya minta Kabid Sekwan di Kabupaten Badung untuk melakukan tes lab untuk mengetahui terjadinya babi yang mati,” ujarnya

Pihaknya mengaku, saat awal babi mati pihaknya ada kecurigaan ASF sehingga dengan cepat dilakukan cek lab.

“Jadi hasilnya negatif. Sudah bisa dipastikan beberapa wilyah Negatif ASF. Namun wilayah yang lain kita belum berani memastikan karena hasilnya belum keluar, karena yang punya wewenang meneliti adalah Balai Kesehatan Hewan di Medan,” pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved