Musim Pancaroba, Denpasar Barat dan Selatan Waspada Demam Berdarah
Kepala BPBD Kota Denpasar menyebut wilayah Denpasar Barat dan Denpasar Selatan memiliki indeks bahaya wabah dan epidemi penyakit yang tinggi
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan wartawan Tribun Bali, Adrian Amurwonegoro
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Di Indonesia yang memiliki musim tropis, saat memasuki musim pancaroba atau peralihan musim penghujan ke kemarau yang biasa terjadi pada bulan Maret atau April, persebaran epidemi dan wabah penyakit patut diwaspadai.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Denpasar Ida Bagus Joni Ariwibawa, menyebut wilayah Denpasar Barat dan Denpasar Selatan memiliki indeks bahaya wabah dan epidemi penyakit yang tinggi, salah satunya Demam Berdarah Dengue (DBD).
Di musim pancaroba, nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak lebih banyak dan menularkan penyakit lewat gigitannya.
• Kiper Terbaik Asal Bali Ini Ungkap Striker yang Paling Menakutkan di Indonesia, Si Predator
• Ari Rahmat Ganti Oli Sepeda Motor, Pulang-pulang Bawa Uang Tunai Jutaan Rupiah
• 90 Pembicara Hingga Chef of the Year Gourmet Traveler Restaurant Award Akan Hadir di Ubud Festival
"Setiap tahun kita evaluasi jumlah korban DBD, paling banyak jumlah penderita demam berdarah di Denpasar Barat dan Selatan, dibandingkan wilayah lainnya," ujar Joni kepada Tribun Bali, Sabtu (15/2/2020)
Joni menjelaskan, Denpasar Barat dan Denpasar Selatan merupakan wilayah yang padat penduduknya, selain itu, banyak genangan air yang menjadi sarang nyamuk aedes aegypti untuk berkembang biak.
Nyamuk aedes aegypti memiliki ciri-ciri berukuran kecil dan tubuhnya berwarna hitam dengan belang putih.
Untuk mengantisipasi, masyarakat diminta bijaksana dalam menjaga lingkungan sekitar.
• Selain Bisa Membaca, Berikut Deretan Manfaat Mendongeng untuk Anak
• Virus Corona Atau COVID-19 Lebih Berbahaya Saat Serang Organ Tubuh Manusia Dibanding SARS dan MERS
• Awas, Ini Tanda-tanda Bahwa Kekasihmu Adalah Orang yang Posesif
Cara sederhananya rajin menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, mengubur atau mendaur ulang barang bekas, dan mencegah gigitan nyamuk.
"Kebersihan ruang harus dijaga, titik kumuh memberi pengaruh," katanya.
Sesuai tugas pokok dan fungsinya, BPBD selaku penanggulangan bencana maka pihaknya bakal rutin menggelar sosialsiasi tentang penanggulangan penyakit demam berdarah.
"Ketika terjadi kejadian luar biasa dan mengarah sebagai bencana wabah penyakit atau epidemi tugas kami sebagai fungsi koordinasi. Nanti bisa diaktifkan dana siap pakai dari biaya tidak terduga Pemkot Denpasar, dikoordinasikan BPBD, Dinkes, Rumah Sakit, PMI semua bergerak," jelas Joni.
Di samping itu, BPBD juga telah menyiapkan pos komando darurat penanggulangan bencana jikalau terjadi kondisi luar biasa, sama halnya seperti gempa bumi.
"Kalau kecil tidak kita dibentuk, bisa di-handle Pusdalops," ujar dia. (*)