Wiki Bali
Filosofi Ogoh-Ogoh ‘Legu Gondong’ Milik STT Dharma Subhiksa Panjer
Ogoh-ogoh ‘Legu Gondong’ diadopsi dari cerita legenda Legu Gondong dari Desa Intaran Sanur, Denpasar, Bali.
Penulis: Noviana Windri | Editor: Wema Satya Dinata
Laporan Wartawan Tribun Bali, Noviana Windri Rahmawati
TRIBUNNEWSWIKI, BALI – Ogoh-ogoh ‘Legu Gondong’ diadopsi dari cerita legenda Legu Gondong dari Desa Intaran Sanur, Denpasar, Bali.
Legu Gondong memiliki arti nyamuk raksasa.
“Kami mengambil tema ‘Legu Gondong’ atau perwujudan nyamuk raksasa. Lagu Gondong ini cerita dari Sanur dan kita garap menjadi ogoh-ogoh,” jelas Made Sandi Jaya, Ketua STT Dharma Subhiksa, Panjer, Rabu (4/3/2020).
• Dandenpom IX/3 Denpasar Ingin Bangun Pilot Project Kendaraan Dinas yang Dilengkapi Kamera Pengawas
• Isu Virus Corona, Kedatangan Rombongan WNA Jepang Timbulkan Kekhawatiran Warga Pedawa Buleleng
Tak sembarangan, sebelum proses pembuatan ogoh-ogoh ‘Legu Gondong’ para pemuda STT Dharma Subhiksa terlebih dahulu meminta izin kepada Penglisir dan melakukan persembahyangan bersama Pemangku di Pura Dalem Blanjong, Desa Intaran Sanur.
“Sebelumnya kami sudah meminta izin Penglisir di sana dan sembahyang dengan pemangku disana agar diberikan keselamatan dalam proses pembuatan ogoh-ogoh,” ungkapnya.
Cerita legenda Legu Gondong juga mengungkapkan sejarah dari naskah kuno tentang Pura Dalem Blanjong, Desa Sanur.
Singkat cerita, pada masa kejayaan Puri Agung Kesiman, hiduplah seorang yang mumpuni di bidang ilmu kedigjayaan atau ilmu kewisesan yang diberi julukan Rangda Jero Agung oleh masyarakat.
Namun, saat sang istri meninggal, Rangda Jero Agung mendapatkan fitnah memiliki ilmu pengleakan.
Merasa dirinya dikucilkan oleh masyarakat, Rangda Jero Agung pergi ke Pura Dalem Blanjong memohon kepada dewa di pura tersebut, supaya sakit hatinya bisa terbalaskan.
Dewi Durga pun berkenan dengan permohonan Rangda Jero Agung lalu dianugrahi berupa sisya bernama Ida Ayu Niang Lingsir Lagu Gondong atau Legu Gondong.
Legu Gondong diutus oleh Rangda Jero Agung untuk menyebarkan wabah penyakit untuk masyarakat Desa Intaran Sanur.
Hanya dengan sekali gigit, manusia langsung terkapar dan meninggal dan warga Intaran Sanur meninggal silih berganti. (*)