Tidak Hanya Stres dan Depresi, Kesepian juga Bikin Orang Cepat Pikun
Namun, dampak dari kesepian tak cuma stres dan depresi. Rasa sepi juga bisa menjadi faktor risiko Anda mengalami kepikunan atau demensia lebih cepat.
TRIBUN-BALI.COM - Galau dan kesepian bisa dialami semua orang. Tanpa disadari, perasaan tertekan karena dua hal itu dapat menyebabkan stres dan depresi.
Namun, dampak dari kesepian tak cuma stres dan depresi.
Rasa sepi juga bisa menjadi faktor risiko Anda mengalami kepikunan atau demensia lebih cepat.
Hal ini disampaikan oleh dokter Saraf, dr. Yuda Turana di Unika Atma Jaya Jakarta.
"Loneliness atau kesepian itu juga biasanya mereka merasa tidak dihargai, tidak diperhatikan. Ini menjadi faktor risiko demensia," kata Yuda, Kamis (5/3/2020).
• Pengobatan Tradisional Masuk Puskesmas di Bali, Nanti Pasien Tinggal Pilih Mau Berobat Cara Apa
• Jelang Lawan Ceres Negros Tak Ada Spaso dan Paulo, Coach Teco Pilih 2 Pemain Ini sebagai Alternatif
• Pengakuan 6 Bocah yang Lempari Mobil di Bypass Mantra & Ngurah Rai, Terkuak Aksi Kejahatan Lainnya
Dijelaskan Yuda, kesepian dan kegalauan cenderung membuat orang tersebut mengalami stres dan depresi.
Stres dan depresi itu juga menjadi persoalan yang sangat kompleks.
Karena seiring dengan sel-sel yang cenderung menua, hal ini juga bisa memicu berbagai penyakit seperti stroke, tekanan darah tinggi atau hipertensi, serta daya imunitas yang menurun.
Semua risiko di atas seperti tekanan darah tinggi dan daya imunitas yang menurun pada akhirnya memicu demensia atau kepikunan lebih cepat muncul.
• Anggara Kasih Medangsia, Hari Cinta Kasih untuk Semua Makhluk, Ini yang Harus Dilakukan
• Kapten Persib Bandung Cedera Kepala, Begini Penjelasan Dokter Tim
• Peneliti ICW Heran Sampai Sekarang KPK Belum Menemukan Harun Masiku
"Loneliness itu kan biasanya mereka stres dan depresi, ini bisa menyebabkan penurunan fungsi otak," ujar dia.
Untuk diketahui, kepikunan atau demensia itu disebabkan oleh adanya gangguan pada syaraf yang ada di otak.
Yuda menjelaskan, dalam beberapa penelitian menemukan bahwa kesepian lebih sering dialami oleh mereka yang tinggal di negara maju dibanding negara berkembang.
Penelitian yang dilakukan lebih kepada melihat ikatan sosial antara anak dan orang tua yang demensia.
Yuda menerangkan, anak di negara maju jika ditanya apakah akan merawat orangtua yang mengalami kepikunan atau tidak, mereka kebanyakan akan menolak atau memilih menitipkan orangtua ke institusi perawatan khusus lansia.
Hal ini berbeda dengan anak yang tinggal di negara berkembang.
Jika ditanya dengan pertanyaan yang sama, kata Yuda, kebanyakan masih memilih untuk merawat orangtua mereka.
• Bursa Transfer Segera Ditutup, Arema FC Masih Buru Pemain di Posisi Ini
• Persib Bandung Raih Hasil Sempurna di Dua Laga, Ini Komentar Robert Rene Alberts
"Makanya setiap anak muda akan lebih banyak tantangannya menghadapi demensia. Juga untuk calon-calon lansia harus mempersiapkan diri, upayakan diri sesehat mungkin,"ujar dia.
Saat usia semakin tua, dengan anak yang sedikit ataupun anak yang jauh dari rumah, kata Yuda, ini cenderung membuat orang tersebut semakin merasakan kesepian yang memicu stres dan depresi, di mana juga ini menjadi penyebab cepatnya orang itu mengalami kepikunan.
"Jadi harus tetap sehat sejak muda, biar produktif di usia tua. Daya ingat itu ditunjang oleh otak, dan fungsi otak itu mulai dari usia muda, bukan bicara pada usia 50 tahun ke atas saja,"tuturnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kesepian Tak Cuma Memicu Depresi, tapi Juga Bikin Cepat Pikun"