Wiki Bali
WIKI BALI - Berkenalan dengan SMA Negeri 2 Denpasar, Ini Sejarahnya
SMA N 2 Denpasar dilengkapi fasilitas atau sarana prasarana untuk memenuhi delapan Standar Nasional Pendidikan
Penulis: Noviana Windri | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan Wartawan Tribun Bali, Noviana Windri Rahmawati
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – SMA Negeri 2 Denpasar (RESMAN) merupakan sekolah pelaksana Sekolah Kategori Mandiri, Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal, Pusat Sumber Belajar yang dilengkapi fasilitas atau sarana prasarana untuk memenuhi delapan Standar Nasional Pendidikan.
SMAN 2 Denpasar beralamat di Jalan Sudirman, No.3a, Dauh Puri Klod, Denpasar, Bali.
SMAN 2 Denpasar melaksanakan proses pembelajaran berbasis TIK dengan mempergunakan e-learning sebagai inovasi pembelajaran.
SMA N 2 Denpasar memiliki jumlah kelas rata-rata sebanyak 33 ruangan dengan rincian 11 hingga 12 ruangan perangkatan.
• MA Batalkan Kenaikan Iuran BPJS, Bupati Klungkung Harapkan Tidak Ada Penurunan Pelayanan
• Ini Universitas di Indonesia yang Masuk Daftar Top Dunia, UI Masuk 4 Kategori
• Apa Bedanya Batuk, Pilek, Alergi, dan Gejala Virus Corona?
Pada tahun pembelajaran 2019-2020 menampung sebanyak 1319 peserta didik.
Dengan tingkat kelas X, XI, dan XII yang terbagi menjadi dua jurusan yaitu IPA dan IPS.
SEJARAH SINGKAT
Latar belakang berdirinya SMA Negeri 2 Denpasar (RESMAN) adalah animo masyarakat yang ingin melanjutkan studi sampai pendidikan tingkat menengah atas pada era 1960-an meningkat.
Namun, keberadaan sekolah negeri satu itu masih kurang.
Maka timbulah pemikiran untuk menambah unit sekolah baru (USB) yang berdasarkan hal ini maka didirikanlah SMA Negeri Denpasar dengan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No. 96/SK/B/II/65.
Yaitu dengan menjadikan SMA N Denpasar menjadi dua sekolah, SMA Negeri 1 Denpasar dan SMA Negeri 2 Denpasar.
Sehingga pada 1 Agustus 1965 ditetapkan sebagai hari jadi SMAN 2 Denpasar.
Tantangan bagi SMA Negeri 2 Denpasar memuncak saat sekolah ini melaksanakan proses belajar mengajar di tiga lokasi yang berbeda pada periode tahun 1972-1978.
Proses belajar mengajar berlangsung tempat di Jalan Kamboja, Jalan Kartini dan Jalan Sudirman dan para tenaga pengajar saat itu harus berpindah ke tiga lokasi dengan menggunakan sepeda gayung.