Ngopi Santai
Mengapa Kini Orang Lebih Mudah Nyinyir daripada Mikir?
Waktu semua orang sama, 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Tetapi mengapa hanya sangat sedikit orang yang menciptakan ide-ide dan karya besar?
Penulis: Sunarko | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
“Itu karena sesungguhnya waktu mereka lebih banyak dibelanjakan untuk memelototi ponsel. Waktu semua orang sama, 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Tetapi mengapa hanya sangat sedikit orang yang menciptakan ide-ide dan karya besar?” kata Eric.
Intinya, keasyikan berponsel-ria telah merampas secara drastis waktu manusia modern untuk menyendiri, dan berkontemplasi. Padahal, kata Cal Newport, peradaban dibangun dari ide-ide besar dan hebat. Dan ide-ide besar lahir melalui perenungan dalam keheningan kesendirian (solitude).
Anehnya di zaman ini, banyak orang yang saking takutnya dianggap kurang gaul dan sepi-sendiri, sehingga mereka berusaha menyibukkan diri untuk selalu terhubung dengan keramaian. Keramaian yang ditujunya, tiada lain, adalah keramaian di dunia maya. Padahal, itulah sesungguhnya kesepian yang sejati.
“Tidak heran kini banyak orang kesepian di tengah keramaian,” ucap Cal Newport seperti dikutip Barker.
Kesepian di dunia nyata di tengah keramaian dunia maya itu menciptakan karakter baru orang-orang masa kini, yakni mereka jadi lebih mudah reaktif daripada reflektif. Lebih gampang nyinyir daripada mikir.
Ada hal sedikit saja yang tidak enak atau tidak disetujuinya di media sosial, langsung memberi reaksi, yang kemudian memantik reaksi balik dan demikian seterusnya sehingga terjadi perang di dunia maya, yang ironisnya kerap merembet ke dunia nyata.
“Mikir dong, mikir!” ujar Cak Lontong.
Untuk pertama kali dalam sejarah umat manusia, menurut Cal Newport, satu piranti teknologi yang disebut smartphone merampas banyak momen kesendirian dan perenungan (deep thought) manusia. Padahal, di masa lampau momen-momen itulah yang banyak melahirkan inspirasi bagi kemajuan peradaban.
“Smartphone menghadirkan stimuli yang terus mengalir tanpa henti. Jika anda ingin merenungkan sebuah ide dan memprosesnya menjadi sesuatu yang berharga, itu membutuhkan banyak berpikir, dan kegiatan berpikir itu harus dilakukan terbebas dari stimulus-stimulus lain,” kata Cal Newport.
Kegiatan membebaskan diri dari cengkeraman negatif teknologi digital itu disebutnya sebagai digital declutting process.
“Jadi, jika Anda ingin melahirkan ide-ide besar dan meramunya menjadi sesuatu yang sungguh-sungguh berguna bagi kehidupan, maka Anda tak cukup hanya dengan membacanya atau menontonnya di internet. Anda harus juga menyediakan waktu untuk memikirkan apa yang telah Anda peroleh di internet itu, untuk mengekstrasi seoptimal mungkin nilai-nilai informasi itu,” jelas Newport.
Perenungan diri membuat kita bertumbuh sebagai manusia, dan untuk itu jelas tergantung pada kesendirian (solitude). Harus ada waktu di mana Anda hanya sendiri bersama pikiran-pikiran Anda. Karena itu, jadwalkan sekali waktu untuk menyimpan ponsel Anda, dan cobalah berkontemplasi.
Sekali lagi, berefleksi membutuhkan keheningan. Keheningan mensyaratkan kesendirian, bebas dari gangguan notifikasi dan dering ponsel kita.
Bagaimana pendapat(an) Anda?