Corona di Indonesia

2 Perawat RSUP Sanglah Bali Dirawat Setelah Pernah Kontak Langsung Pasien Pengawasan Covid-19

Pasien observasi virus Corona (Covid-19) bertambah dua orang di RSUP Sanglah, Denpasar.

Tribun Bali/Rizal Fanany
Ilustrasi - RSUP Sanglah menggelar simulasi terkait penanganan virus corona, Rabu (12/2/2020). 

“Karena menimbang hal itu, maka RSU Negara dipakai. Kebetulan memang sudah ada ruangannya," bebernya.

Hanya saja, Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Kendali Mutu Dr. I Gede Ambara Putra, mengaku RSU Negara masih belum memiliki alat pemeriksaan dan pengambilan swab.

Alat ini hanya dimiliki oleh rumah sakit rujukan. Padahal pemeriksaan swab menjadi prosedur utama pemeriksaan Covid 19.

Kekurangan Perawat

Banyaknya pasien dalam pengawasan (PDP) Corona di Bali membuat rumah sakit rujukan selalu penuh.

Termasuk RSUP Sanglah, serta BRSUD Tabanan dan RSUD Sanjiwani Gianyar.

Dirut RSUP Sanglah, dr Sudana mengatakan, pada awalnya ruangan isolasi Nusa Indah di RSUP Sanglah hanya berjumlah empat dan tidak pernah penuh.

"Sehingga, kita tambah ruangan isolasi menjadi enam dan dari enam sudah mulai penuh lalu kita perbanyak lagi menjadi18 ruangan isolasi," tambahnya.

Jika dilihat dari perkembangan pasien pengawasan Covid-19, dibutuhkan tenaga yang ekstra, padahal tenaga keperawatan sangat terbatas.

Pihak RSUP Sanglah sudah mengupayakan untuk menarik beberapa tenaga yang sudah terlatih PPI (Pencegahan Pengendalian Infeksi).

"Kita sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Bali, untuk meminta tenaga kesehatan.

Jika tidak ada perawat yang berkompetensi untuk merawat pasien pengawasan tersebut kita akan tempatkan di tempat berbeda, lalu menarik perawat RSUP Sanglah sendiri untuk berjaga di Nusa indah," imbuhnya.

Saat ini jumlah perawat di Ruang Nusa Indah sebanyak 20 perawat.

Sedangkan perkiraan pihak RSUP Sanglah membutuhkan 36 perawat.

Jika nantinya terdapat perkembangan kasus yang lebih banyak dan sumber dayanya tetap terbatas, maka jam kerja dari tenaga medis akan ditambahkan untuk melakukan pelayanan yang lebih maksimal.

Perawat yang berkontaminasi langsung dengan pasien observasi tersebut akan dikarantina.

Misalkan seminggu atau dua minggu, dengan asumsi dikarenakan kontak yang lama akan membuat perawat tersebut berisiko terkontaminasi.

Sehingga setelah diputuskan dua minggu diperbolehkan untuk tidak bertugas maka akan dilakukan proses karantina sampai 14 hari.

Hingga tidak menimbulkan keluhan sehingga diperbolehkan pulang.

"Tapi untuk saat ini perawat masih diperbolehkan untuk pulang. Untuk proses dekontaminasi sudah dilakukan ke ruang isolasi.

Dan untuk akses masyarakat yang tidak berkepentingan di Ruangan Nusa Indah sudah kita atur mulai hari ini," kata Ketua K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja) RSUP Sanglah. dr Ken Wirasandhi, kemarin.

Sedangkan untuk ruangan isolasi di Nusa Indah sudah dilakukan disinfektan paling tidak sehari tiga kali.

Dan untuk APD (Alat pelindung diri), pihak Sanglah sudah selalu berkoordinasi dengan Dinkes Provinsi Bali

"Dalam sehari untuk satu pasien hampir menghabiskan15 sampai 20 APD. APD didapatkan dari Dinkes Provinsi Bali dan stok yang ada di RSUP Sanglah," tambah Sudana

Pihak RSUP Sanglah akan selalu melakukan koordinasi.

Ada beberapa skenario saat ini yang masih mampu digunakan, Ketika ada pertambahan jumlah pasien pengawasan akan ada ruangan lain yang di alih fungsikan untuk merawat pasien-pasien tersebut.

Untuk kesiapsiagaan yang lain, RSUP Sanglah sudah menerapkan pengecekan suhu tubuh dengan menggunakan termoscanner di depan ruangan Wing.

"Untuk pengecekan suhu badan baru dilakukan pada Ruangan Wing, dikarenakan ketersediaan alat termoscanner yang mulai langka serta kenaikan harga dari alat tersebut.

Yang awalnya Rp 500 ribu naik menjadi Rp 2,5 juta," terang Sudana. (sar/mit/ang)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved