Ngopi Santai
Sepi Sebelum Nyepi
Kesunyian itu tercipta di Pantai Kuta, pantai ikonik Pulau Dewata. Hening pada akhir pekan 21 Maret 2020, empat hari sebelum perayaan Nyepi.
Penulis: DionDBPutra | Editor: Ady Sucipto
Begitulah Bali. Segudang pesona ada di sini. Pemandangan alam indah, akomodasi wisata nyaman memanjakan, penduduk yang ramah dan keutamaan budaya klasiknya yang paling unik dan paling terpelihara di bumi.
Dikau tidak akan menemukan di belahan dunia manapun.
Ketika tahu saya bertugas di Bali sejak tahun lalu, Natalia, temanku asal Ukraina mengirim pesan, “Dion, kamu sangat beruntung.
Bali adalah kerinduanku yang belum terwujud. Saya tetap akan ke sana suatu hari nanti.”
Secercah Harapan
Prahara Corona hari ini sungguh mendebarkan. Namun, bukan berarti tanpa secercah terang di ujung terwongan.
Kesembuhan sudah terbukti ada dan jumlahnya jauh lebih banyak daripada yang meninggal dunia.
Pemerintah pun tidak tinggal diam. Dalam segala keterbatasan, berbagai upaya terus bergema. Inilah sejumput kabar baik agar optimisme tetap berkibar-kibar.
Pemerintah sudah memulai tes massal Covid-19 dari wilayah paling rawan yaitu di Jakarta Selatan.
Wisma Atlet Jakarta mulai tanggal 23 Maret disiapkan untuk 2.000 pasien corona.
Sebanyak 2 juta masker, sedang disiapkan dalam waktu dua minggu ke depan.
Lima ratus ribu test kit Covid-19 sudah diorder dari China dan masuk ke Indonesia secara bertahap. Pemerintah akan gelar drive-thru di beberapa titik untuk tes corona ala Korea Selatan.
Rumah sakit NU, Muhammadyah dan Aisyiyah, siap tangani pasien Corona. Hotel Patra Jasa akan dimodifikasi menjadi rumah sakit khusus pasien Corona.
Acara Ijtima Jamaah Tabligh Akbar di Gowa yang rencananya melibatkan puluhan ribu jamaah, dibatalkan. Jamaah menjalani karantina.
Gereja pun menerapkan perayaan ekaristi dan peribadatan secara online dan streaming.
Seorang pejabat tinggi daerah di Kalimantan membatalkan resepsipernikahan anaknya meski undangan sudah beredar.
Makanan dibagikan buat panti asuhan. Banyak orang lain memilih langkah serupa.
Solidaritas sosial tumbuh mengental. Wardah menyumbang Rp 40 miliar untuk penyediaan prasarana kesehatan. Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia menggalang dana bantuan senilai Rp 500 miliar.
Banyak organisasi masyarakat dan kelompok-kelompok berkontribusi dalam aneka bentuk, semisal bagi-bagi masker gratis, hand sanitizer dan makanan.
Dukungan moril kepada dokter dan terus perawat berdatangan.
Solidaritas bergaung di berbagai belahan dunia.
Para pemain bola professional rela memotong gaji, para atlet dan pesohor kaya mendonorkan dana miliaran dolar demi membantu pencegahan Corona.
Jack Ma, misalnya, lewat Jack Ma Foundation dan Alibaba Foundation menyumbangkan 2 juta masker, 150 ribu test kit Covid-19, 20 ribu baju pelindung wajah, 20 ribu pelindung wajah ke empat negara Asia Tenggara teramasuk Indonesia.
China mengirim dokter terbaiknya ke berbagai negara yang terinfeksi.Para pakar tengah berjuang menciptakan vaksin Covid-19.
Semoga dalam waktu dekat siap produksi massal.
Api harapan tak pernah padam bukan? Kalau demikian bolehlah tuan dan puan mematuhi arahan negara (pemerintah) agar social distancing tidak merana nasibnya.
Namun, sepekan berlalu kebijakan ini masih jauh panggang dari api. Kerumunan masih terlihat di berbagai sudut Bali.
Pun demikian di belahan lain Indonesia semisal Nusa Tenggara Timur (NTT), kampung halamanku, yang jumlah PDP naik signifikan dalam sepekan.
Terbetik kabar masih ada seminar, pertemuan dan hajatan pesta. Oh Tuhan.
Jujurlah. Kita adalah bangsa tidak disiplin. Kurang tertib. Anggap remeh, lengah bahkan ceroboh. Jatuh korban dulu baru tergopoh-gopoh.
Lihat itu negeri adidaya Amerika Serikat. Pemimpinnya jumawa, anggap remeh Corona, rasis menyebut virus China.
Amukan Corona bikin Amerika tunggang-langgang di pekan terakhir Maret, saat China hampir pulih
total dan aktif membantu banyak negara sahabat.
Dua negara bagian Amerika, California dan New York kini memilih lockdown. Ratusan juta orang dilarang keluar rumah. Langgar dapat hukuman.
Meski Presiden Trump bilang seluruh Amerika tak perlu lockdown, siapa tahu besok akan berubah.
Coronavirus tidak pandang bulu bung. Kesombongan dan kepongahan akan membunuhmu.
Maka kalau tuan sayang diri dan sesamamu, hentikan sikap pandang gampang.
Ajakan pemerintah menjaga jarak, hindari kerumunan massa, berdiam di rumah saja dan tetap mengusung pola hidup sehat merupakan pilihan rasional demi mencegah penyebarluasan pagebluk Covid-19. (dion db putra)