Nusa Penida Menuju Ekologis di Tengah Padatnya Pembangunan Akomodasi

Di tengah masa menegangkan ini, sejumlah kelompok warga belajar dan mempraktikkan cara hidup ekologis melalui berbagai cara

Editor: Wema Satya Dinata
Istimewa
Petani rumput laut di Nusa Penida 

Kelompok Wisanggeni mengajak warga pengempon (pengelola) pura untuk kembali menghijaukan lahan sekitarnya dengan aneka pohon umur panjang sebagai peneduh dan juga memasok kebutuhan ritual upacara.

Meningkatnya turis artinya beban limbah pun bertambah. Bagaimana strategi pengelolaan sampah di pulau-pulau kecil?

Program pemilahan sampah sudah dilakukan sekitar setahun oleh Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Bali, salah satu mitra program kerja  Program Ekologis Nusa Penida.

Bahkan Desa Adat Nyuh Kukuh Ped mendapat penghargaan dari Bupati Klungkung sebagai penggagas TPST/Bank Sampah.

Selain mengajak rumah tangga memilah sampah, juga menyediakan tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) yang berlokasi di Rumah Belajar (learning center) Bukit Keker di Banjar Nyuh Kukuh. Sebuah moci, kendaraan roda tiga dengan bak terparkir di sana.

Hasil survey timbulan sampah rumah tangga di Banjar Nyuh oleh PPLH sekitar 550 kg per hari, ini bisa memenuhi 5 moci.

Sebagian besar berupa sampah organik sekitar 60%. PPLH juga membentuk tim relawan Nyuh Kedas dalam mengelola sampah.

Diawali dengan pelatihan pengelolaan sampah (kompos, mol, daur ulang kertas). Saat ini ada 7 orang anak yang aktif mengelola sampah di Banjar Nyuh, terutama untuk mengajak warga memilah sampahnya.

Hal objek wisata di Pulau Bali yang mengandalkan alam dan budaya, demikian pula Nusa Penida. Bagaimana menyinergikan wisata dan pertanian sebagai bagian kehidupan sehari-hari warga?

Jaringan Ekowisata Desa (JED), sebuah kerjasama antara Yayasan Wisnu dan sejumlah desa menawarkan dan mengembangkan wisata alternatif.

Jaringan yang sudah berjalan saat ini adalah Desa Kiadan, Plaga (Badung), Dukuh, Sibetan (Karangasem), Tenganan Pegringsingan (Karangasem), Perancak (Jembrana), dan Nyambu (Tabanan).

Saat ini sedang dirintis di Nusa Penida melalui Program Ekologis Nusa Penida. Konsepnya adalah pariwisata berbasis potensi diri (alam, manusia, sosial budaya, infrastruktur) yang dikelola oleh masyarakat setempat. Prinsipnya kepemilikan (masyarakat sebagai pemilik mengetahui dan mengenal potensi yang dimiliki), pengelolaan (pengelolaan sumber daya berdasar pada prinsip kebersamaan dan keadilan), dan keberlanjutan (dengan menjaga kesakralan melalui dokumentasi dan media pembelajaran),

Paket wisata yang sedang dirancang berfokus pada pola hidup masyarakat Nusa Penida yang meliputi sistem pertanian lahan kering dan olahan pangan, sumber ekonomi (rumput laut dan tenun), serta seni dan budaya. Rumah Belajar Bukit Keker di Desa Ped, akan dijadikan sebagai tempat penerimaan tamu sekaligus percontohan adaptasi lingkungan melalui praktik produksi biogas, kebun permakultur, dan pemanfaatan panel surya sebagai sumber energi.

Gede Sugiarta, Koordinator Program Ekologis ini mengatakan Nusa Penida bisa menjadi contoh pengelolaan wisata alam dan pulau kecil yang berkelanjutan jika warga kembali menyadari kekayaan pengetahuan dan kearifan lokal seperti pertanian lahan kering.

“Melalui Program Ekologis Nusa Penida kami berharap secara perlahan pulau kecil ini mampu mengembalikan dan meningkatkan ketahanan sosial budaya-ekologis sebagai upaya menghadapi desakan globalisasi,” ujarnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved