Klungkung Waspada Demam Berdarah Usai Dua Orang Anak Meninggal Akibat Terserang DB
Kadis Kesehatan Klungkung dr Ni Made Swapatni menjelaskan, ada dua anak di Klungkung yang sudah meninggal dunia karena demam berdarah.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Dalam rentang seminggu terakhir, dua orang anak meninggal dunia akibat Demam Berdarah (DB) di Klungkung.
Kondisi ini membuat Klungkung harus mewaspadai endemi demam berdarah, ditengah upaya pemkab yang juga fokus mewaspadai pandemi covid-19.
Kadis Kesehatan Klungkung dr Ni Made Swapatni menjelaskan, ada dua anak di Klungkung yang sudah meninggal dunia karena demam berdarah.
Pertama dialami Ni Luh NPS (12), bocah asal Desa Sampalan Tengah, Kecamatan Dawan, Klungkung yang menghembuskan nafas terkahir karena mengalami demam berdarah, Sabtu (28/3/2020).
• Diduga Cabuli Anak Dibawah Umur, Udin Dituntut Enam Tahun Penjara
• Trisnawati Akui Kebanjiran Pesanan Masker Berbahan Kain, Seminggu Bisa Produksi 15 Ribu Pcs
Serta seorang anak laki-laki berusia 9 tahun asal Desa batununggul, Nusa Penida, yang juga meninggal dunia karena demam berdarah, Rabu (1/4) setelah mendapatkan perawatan itensif di RS Gema Santi Nusa Penida.
" Beberapa hari ini ada dua kasus meninggal karena demam berdarah. Dengan ini, kami imbau masyarakat tidak hanya harus waspada dengan covid-19, tapi juga harus waspada dengan demam berdarah," ujar dr Made Adi Swapatni, Rabu (8/4).
Ia menjelaskan, demam berdarah di negara tropis seperti Indonesia telah menjadi penyakit endemis, Sehingga angka kejadiannya setiap tahun selalu ada.
Jika dibanding tahun sebelumnya, jumlah kasusnya lebih rendah dari tahun ini. Hanya saja tahun ini ada dua anak yang meninggal dunia karena DB, dalam waktu seminggu terakhir.
Ia juga menjelaskan, ada beberapa faktor yang membuat dua anak itu meninggal karena demam berdarah.
Bisa karena daya tahan tubuh yang sudah lemah melawan penyakit, serta juga karena ada faktor keterlambatan saat dibawa ke rumah sakit.
" Kejadian ini harus menjadi perhatian kita semua, dan harus waspada juga dengan demam berdarah. Apalagi dengan kondisi saat ini, anak-anak harus berada dirumah, sehingga warga juga harus menjaga kebersihan lingkungan di rumahnya," ungkap Adi Swapatni.
Pasca kasus meninggal itu, Dinas Kesehatan Klungkung langsung melakukan penyelidikan epidemiologi ke lingkungan dimana para pasien demam berdarah.
Termasuk melakukan fogging dan pembagian sebuk abate untuk mencegah perkembangbiakan jentik nyamuk.
" Kami pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, perlunya kesadaran masyarakat untuk menerapkan PHBS (Pola Hidup Besih dan Sehat) sehingga penularan penyakit bisa kita tekan seminimal mungkin. Kami himbau, demam berdarah juga perlu menjadi kewaspadaan kita semua, disamping kita saat ini juga waspadai covid-19," tegas Adi Swaparni. (*)