Keluarga Penyangga Indonesia Minta Masyarakat Umum Gunakan Masker Kain, Ini Tingkat Efektivitasnya
Ada 3 strategi utama untuk memutus penularan virus ini yaitu cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, social dan physical distancing dan menggunakan
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Wartawan Tribun Bali, Zaenal Nur Arifin
TRIBUN-BALI.COM, SURABAYA - Semenjak diumumkan 2 kasus pertama penderita COVID-19 tanggal 2 Maret 2020 hingga sekarang jumlah pasien baik positif, maupun dalam pengawasan serta yang meninggal dunia sudah berlipat kali, diperkirakan ke depan para tenaga kesehatan dan sarana kesehatan akan kesulitan merawat jumlah penderita yang semakin bertambah tersebut.
Di sisi lain kesadaran masyarakat masih kurang terutama tentang peran mereka dalam mengurangi dan memutus mata rantai penularan Covid-19 ini.
Sampai saat ini, para ahli menyepakati ada tiga strategi utama untuk memutus penularan virus ini di masyarakat yaitu cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, social dan physical distancing, serta menggunakan masker kain saat berada di luar rumah.
Dengan perkembangan jumlah penderita Covid-19 yang meningkat luar biasa di Indonesia dan masih terbatasnya pemeriksaan laboratorium deteksi virus ini, menyebabkan individu dengan asimtomatik carrier (Orang Tanpa Gejala) akan semakin banyak dan sulit terdeteksi.
• 34.716 Pekerja di Bali Dirumahkan, 733 Orang di PHK Karena Pandemi Virus Corona, Terbanyak di Badung
• Rumah Kayu Tempat Sembunyi KKB Papua Ternyata Milik Oknum Sekuriti PT Freeport Indonesia
• Seorang PDP Virus Corona Muntah Darah, Dibawa Ke Orang Pintar Disangka Korban Santet
Asimtomatik carrier adalah Individu yang sebenarnya sudah tertular tetapi belum menunjukkan gejala.
Individu tersebut masih bebas berinteraksi dengan individu lain dan berpotensi menularkan ke individu lain terutama individu yang rentan.
“Kami menilai ketika aturan social dan physical distancing sukar diterapkan, maka penggunaan masker kain untuk umum dinilai cukup efektif untuk menurunkan risiko penularan COVID 19," kata dr M. Hud Suhargono, SpOG(K), Humas Keluarga Penyangga Indonesia, organisasi berbasis komunitas yang saat ini aktif mengampanyekan penggunaan masker kain bagi masyarakat umum untuk mencegah penularan Covid-19, Sabtu (11/4/2020) di Surabaya melalui keterangan tertulisnya.
• Masa Lockdown di Malaysia Diperpanjang Dua Pekan Lagi
• Kisah Pahit Carmi; Dikurung 31 Tahun oleh Majikannya, Tak Pernah Digaji, Sempat Dinyatakan Hilang
• Diare Bisa Jadi Gejala Awal Virus Corona, Begini Penjelasannya
Bahkan pada awal April 2020 ini, CDC (Centre of Disease Control and Prevention) di Amerika Serikat merekomendasikan penggunaan masker kain buatan rumah sebagai alternatif penggunaan masker untuk masyarakat umum.
Masker medis (masker bedah/masker N95) yang jumlahnya terbatas saat ini sebaiknya dipakai hanya oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
“Masker sebaiknya digunakan oleh semua orang bukan hanya orang yang sedang sakit batuk pilek dan panas," kata dr Hud.
Bahan masker yang berasal dari kain bahan baju diharapkan mempermudah masyarakat untuk menperolehnya atau membuat sendiri di rumah.
• Diare Bisa Jadi Gejala Awal Virus Corona, Begini Penjelasannya
Sehingga masyarakat mendapatkan alternatif memakai masker daripada tidak memakai masker sama sekali ketika keluar rumah atau saat berinteraksi dengan orang lain.
“Kami (Keluarga Penyangga Indonesia) menyarankan masyarakat memakai masker kain multi layer untuk meningkatkan efektivitas proteksi terhadap penularan virus. Selain itu, salah satu keuntungan lainnya adalah bahan masker kain ini bisa dicuci lagi dengan deterjen biasa sehingga lebih memudahkan masyarakat dalam merawat dan menggunakannya," imbau dr Hud.
Dalam penelitian yang dilakukan di Cambridge pada tahun 2013, bahan kain yang digunakan untuk masker non medis ini ternyata cukup efektif menahan penularan virus.