PSSI: Soal SK Tentang Force Majuere Akibat dampak Covid-19 Sudah Diketahui FIFA

sebelum memutuskan dan mengeluarkan surat tersebut PSSI sudah berkonsultasi terebih dulu ke berbagai pihak termasuk FIFA.

Editor: Wema Satya Dinata

TRIBUN-BALI.COM - PSSI menyampaikan  bahwa surat keputusan (SK) yang dikeluarkan terkait "force majuere" covid-19 sudah dalam sepengetahuan FIFA.

Surat Keputusan bernomor 48/SKEP/III/2020 itu dikeluarkan PSSI terkait jalannya kompetisi di Liga 1 dan Liga 2 serta membahas mekanisme penggajian pemain selama kondisi krisis.

Menurut Wakil Ketua Umum PSSI, Cucu Somantri, sebelum memutuskan dan mengeluarkan surat tersebut PSSI sudah berkonsultasi terebih dulu ke berbagai pihak termasuk FIFA.

"Penentuan Keadaan Force majuere sudah melalai tahap mendapatkan masukan dari berbagai pihak, termasuk konsultasi ke FIFA," ujar Cucu dikutip BolaSport.com.

Sempat Jadi Episentrum Covid-19 Pertama di Luar China, Kini Kota Daegu Laporkan Nol Kasus Baru

Pola Persebaran Covid-19 di Indonesia Berdasarkan Riset Selama Sebulan, Bagaimana dengan Bali?

Kemen PPPA Lakukan Survei Respons Anak terhadap Covid-19, Ini Hasilnya

Konsultasi kepada FIFA ini agar nantinya tidak ada miskomunikasi antara kedua belah pihak.

Jangan sampai kejadian yang tidak diinginkan terulang seperti pada tahun 2015 ketika Indonesia mendapat sanksi pembekuan dari FIFA.

Dalam surat keputusan tersebut PSSI mengambil sikap untuk menghentikan kompetisi hingga masa akhir tanggap darurat nasioanal 29 Mei mendatang.

Dengan opsi penghentian kompetisi secara total apabila pemerintah Republik Indonesia memperpanjang masa tanggap darurat nasional.

Dalam masa kahar (force majuere) selama tiga bulan tersebut PSSI mempersilahkan kepada pihak klub untuk membayarkan hak pemain maksimal sebesar 25 persen.

Terkait persoalan gaji tersebut Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) menyatakan kritikan yang seharusnya kebijakan tersebut dibicarakan terlebih dalu dengan perwakilan pemain.

Hal ini dikarenakan besaran gai pemain berbeda-beda ada yang jumlahnya kecil dan besar, terutama untuk di Liga 2 banyak dari mereka masih bergaji kecil.

Sehingga apabila di potong 75 persen jumlahnya menjadi tidak mencukupi.(*)

Sumber: BolaSport.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved