Corona di Indonesia

Kisah-kisah Perawat di Tengah Pandemi Corona: Jenazah Ditolak Warga Hingga Stigma Pembawa Penyakit

Ironisnya, stigma hingga tindakan tak menyenangkan masih saja terjadi pada perawat yang menjadi garda terdepan penanganan Corona

Editor: Irma Budiarti
Pixabay
Ilustrasi perawat - Kisah-kisah Perawat di Tengah Pandemi Corona: Jenazah Ditolak Warga Hingga Stigma Pembawa Penyakit 

TRIBUN-BALI.COM - Tenaga medis, termasuk perawat menjadi garda terdepan di tengah pandemi corona.

Bukannya tak merasa cemas, tapi besarnya rasa tanggung jawab membuat nyali mereka tak gentar.

Para perawat berani menanggung risiko yang mungkin saja bisa menimpa diri mereka di tengah pandemi.

Namun tidak semua orang menyadari besarnya pengorbanan tersebut.

Ironisnya, stigma hingga tindakan tak menyenangkan masih saja ada.

Berikut kisah-kisahnya.

1. Di Semarang, jenazah perawat positif corona ditolak warga

Jenazah seorang perawat RSUP Dr Kariadi Semarang yang dinyatakan positif corona ditolak oleh sekelompok warga di Desa Sewakul, Ungaran.

Sewakul, Ungaran dipilih sebagai lokasi pemakaman lantaran ayah sang perawat juga dimakamkan di tempat tersebut.

"Keluarga meminta dimakamkan di Sewakul, Ungaran Timur agar dekat dengan makam ayahnya," kata Humas Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Semarang Alexander Gunawan.

Awalnya tak ada penolakan.

Namun di hari pemakaman, sekelompok warga tiba-tiba tak menerima jenazah perawat tersebut.

Penolakan berujung dipindahnya makam perawat berusia 38 tahun itu.

"Oleh keluarga kemudian dimakamkan di Bergota, makam keluarga RS Kariadi Semarang, karena beliau bertugas di sana," ujar dia.

Buntut penolakan pemakaman, tiga orang tokoh masyarakat di Ungaran ditangkap.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved