Merasa Lebih Boros Saat Karantina Pandemi Corona, Wajarkah?

Walau tidak ada pengeluaran untuk biaya transportasi dari rumah ke kantor selama kebijakan work from home (WFH), namun tak sedikit orang yang mengeluh

Gambar oleh Peter Fertig dari Pixabay
Foto ilustrasi uang di celengan babi 

TRIBUN-BALI.COM – Serangan pandemi corona membuat perekonomian berbagai negara terpuruk.

Sektor bisnis lesu dan akibatnya pemasukan keluarga berkurang.

Misalnya akibat kebijakan lockdown (karantina wilayah), banyak para pekerja sektor informal yang harus kehilangan penghasilannnya.

Atau ada pula pekerja kantoran yang terpangkas penghasilannya karena kebijakan bekerja dari rumah.

Periksa apa yang menjadi hak kamu saat pandemi virus corona berdampak ke perekonomian global.

Banyak di Rumah Karena Pandemi Virus Corona Ruben Onsu jadi Bisa Masak dan Cuci Piring

Lagi-Lagi Akibat Angin Kencang, Tiang dan Kabel Listrik Tumbang Tertimpa Pohon di Gianyar

WIKI BALI - Miliki Luas Wilayah 268 Hektar, Inilah Posisi dan Sejarah Desa Sumerta Kelod Denpasar

Mau tak mau juga berefek pada mata pencarian masyarakat.

Di beberapa negara yang sudah menerapkan lockdown telah memiliki undang-undang yang mengatur tentang bantuan keuangan bagi para karyawan yang bekerja.

Begitupun dengan kamu, cari tahu informasi sedetail mungkin tentang aturan atau kebijakan yang telah dirilis oleh pemerintah termasuk perusahaanmu.g

Walau tidak ada pengeluaran untuk biaya transportasi dari rumah ke kantor selama kebijakan work from home (WFH), namun tak sedikit orang yang mengeluh anggaran belanja justru lebih boros.

Kadisdikpora Bali Ingatkan Penugasan Program Belajar dari Rumah oleh Kemendikbud Tak Berbenturan

Viral #Pillowchallenge di Instagram Saat Masa Pademi Corona, Bantal pun Bisa Jadi Dress

Dialog Dini Hari Ajak Masyarakat Berdonasi Lewat Single Kulminasi II

Tentu kondisi ini harus disiasati agar kondisi finansial keluarga tidak berantakan, terlebih masa karantina kemungkinan akan diperpanjang selama pandemi covid-19 belum teratasi.

Perencana keuangan, Ligwina Hananto mengungkapkan bahwa selama berada di rumah bersama dengan anggota keluarga yang lengkap, kebutuhan untuk makanan tentu akan membengkak.

Namun, itu bukan satu-satunya patokan bahwa pengeluaran bulanan melonjak dari biasanya.

Untuk mengetahuinya, ada baiknya kita mencatat semua pengeluaran selama masa karantina ini, mulai dari belanja bulanan di supermarket hingga top-up dompet digital untuk membeli makanan melalui layanan pesan antar.

"Mulai minggu ini catat dari hari ke hari, catat ulang setiap pengeluaran, apa memang lebih boros atau enggak. Bisa ketahuan ada pos yang besar tapi ada juga yang mengecil (berkurang),” kata Ligwina.

Menurut Psikolog Hari Imam, Ini Hal Positif yang Bisa Dilakukan Saat WFH dan Social Distancing

Jangan Dimarahi, Berikut yang Harus Dilakukan Orangtua Saat Anak Bandel di Masa Karantina

Ligwina memberi gambaran bahwa selama karantina tentu budget belanja bahan makanan akan membengkak, namun pengeluaran di sektor lain yang menurun.

Seperti budget transportasi untuk pergi ke tempat kerja, yang tentu menjadi tidak terpakai karena harus bekerja di rumah.

“Biaya transportasi hilang, biaya jajan di luar juga hilang. Jadi, ada yang membesar tapi ada juga pos yang hilang,” ungkapnya.

Memasak sendiri tentu jauh lebih murah daripada membeli makanan di restoran atau makan di luar seperti saat hari biasa kita berada di kantor.

Pengeluaran itu tentu bisa dialihkan ke pos lain yang sedang membengkak.

Namun, kita juga tetap perlu berhemat dengan tidak membuang bahan makanan atau membeli hal-hal yang tidak diperlukan.

“Kalau saya, pasti diusahakan untuk memasak bahan makanan yang ada di lemari pendingin. Jangan membuang-buang makanan,” ucapnya. (*)

Artikel ini telah tayang di Grid ID dengan judul "Wajarkah Merasa Lebih Boros saat Karantina Pandemi Corona?"

Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved