Terminal Mengwi Berhenti Beroperasi, Pendapatan Listiani Jadi Merosot
Pihaknya mengatakan meski operasional terminal diberhentikan, ia tetap mengais rejeki di wilayah Terminal Mengwi.
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA – Setelah Terminal Mengwi memberhentikan operasionalnya, sejumlah pedagang yang mengais rejeki di terminal Mengwi juga mengalami dampak yang signifikan.
Bahkan salah satu pedagang asongan yang kerap berkeliling menjual barang dagangannya tidak bisa berbuat apa saat operasional Terminal itu dihentikan.
Salah satu pedagang asongan, yang bernama Listiani mengakui hal tersebut.
Pihaknya mengatakan meski operasional terminal diberhentikan, ia tetap mengais rejeki di wilayah Terminal Mengwi.
Hal itu tetap dilakukan lantaran di terminal Mengwi masih saja ada petugas dan orang yang mengunjungi terminal.
• Enam Warga NTT Terlantar di Pelabuhan Padang Bai, Tak Bisa Pulang Karena Ada Larangan Masuk NTB
• Tak Mau Bicara Soal Pilkada Karangasem, Gerindra Pilih Fokus Bantu Masyarakat Perangi Virus Corona
• 143 PMI Asal Denpasar Telah Ikuti Rapid Test, 2 Orang Reaktif, 1 Positif Setelah Tes Swab
“Mau bagaimana lagi saya sama keluarga harus makan. Kalau tidak jualan makan dari mana,” kata perempuan asal Jember, Jawa Timur itu, Selasa (28/4/2020)
Pihaknya mengaku meski aktivitas penumpang sepi, kondisi tersebut tidak menyurutkan usahanya untuk menyambung hidup bersama keluarganya di Bali.
Perempuan paruh baya itu mengaku terpaksa tetap berjualan di tengah Wabah Covid-19 dan terminal Mengwi yang tak beroperasi lantaran tidak memiliki pilihan lain.
“Bisa bayar kontrakan dan makan saja sudah cukup. Apalagi dengan kondisi saat ini,” katanya
Menurutnya, kondisi terminal yang sepi memaksa sejumlah pedangan lainnya tutup lapak.
Praktis semenjak terminal berhenti beroperasi, Liastiani menjadi salah satu pedagang yang bertahan untuk mejajagan barang dagangannya.
Ia juga merasakan di tengah kondisi wabah Covid-19 , membuat penghasilan perempuan anak lima itu turun drastis.
“Sekarang sudah untung kalau dapat jualan Rp 50 ribu,” katanya sembari mengatakan kalau kondisi dan hari normal, ia bisa berjualan paling banyak hingga Rp 1 juta
Dengan penghasilan sebesar itu, kata dia, ia bersama keluarga berusaha untuk mengatur keuangan agar cukup makan.
Pedagang asongan yang menjual minum dingin, kopi, air mineral, serta mie cup dan makanan ringan itu mengaku sudah berjualan di terminal Mengwi sejak terminal Ubung diturunkan statusnya menjadi terminal tipe C.
“Biasanya satu hari 4 termos (air panas-red) habis. Sekarang habis satu saja sudah lumayan,”kata Listiani sambil menunjuk dua termos air panas.
Dengan kondisi yang angat sepi ini, pihaknya berharap Wabah Covid-19 segera berlalu.
Sehingga pihaknya kembali bisa menjagjagkan barang dagangannya.
“Sebagai rakyat kecil kita hanya bisa berharap semoga Virus Corona cepat selesai,” katanya lagi.
Selain hasil dagangannya turun drastis, sang suami yang bekerja sebagai kuli bangunan juga tak lagi mendapat pekerjaan. Hal itu kembali karena wabah covid-19 melanda Indonesia termasuk Bali.
“Suami kuli bagunan, sekarang tidak bekerja karena tidak ada proyek,” tuturnya.
Dengan kondisi tersebut, pihaknya mengaku tidak bisa melaksanakan mudik atau pulang kampung. Lantaran biaya yang yang belum mencukupi. Meski dipaksa untuk pulang akunya tidak akan bisa kembali lagi untuk menyewa transportasi.
“Nanti kalau pulang takutnya tidak bisa ke sini lagi. Apalagi sekarang ada larangan, untuk mudik,” bebernya
Lanjut dijelaskan, dengan kondisi yang sangat sepi, ia tetap menjual barang dagangannya dari pukul 08.00 wita, hingga sore. Hal itu pun bergantung habisnya dagangan yang di bawanya.
“Pulangnya tidak menentu, kadang sore, kadang juga malam. Bergantung barang dagangan yang saya bawa,” pungkasnya. (*)