Corona di Bali
Beredar Kabar Alat Rapid Test Pemprov Bali Tak Direkomendasi BNPB, Begini Penjelasan Kadiskes
Beredar informasi di media pesan singkat WhatsApp bahwa Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali telah membeli 4.000 unit alat rapid test dari PT Kirana
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Ady Sucipto
Namun dirinya menyebutkan bahwa di laman resmi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 nasional ada nama Vivadiag sebagai salah satu alat rapid test yang direkomendasikan.
Berdasarkan itu pula pihaknya berani untuk membeli alat rapid test merek Vivadiag dari PT Kirana Jaya Lestari tersebut.
Suarjaya mengaku bahwa alat rapid test tersebut dibeli sudah dibagikan ke kabupaten dan kota yang ada di Bali.
Setelah adanya perbedaan hasil dan menimbulkan banyak perdebatan, ia mengaku sudah melaporkan hal ini kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.
"Kemenkes nantinya yang akan membahas ini dengan sampel dari rapid test yang kita beli itu, kenapa ada perbedaan.
Nanti Kemenkes yang akan membahasnya apakah itu akurat atau tidak," kata dia.
"Kita kan tidak bisa bilang oh ini enggak benar (atau) endak baik, kan tidak bisa. Harus dicek dulu kebenarannya," imbuhnya.
Setelah ditemukan adanya perbedaan hasil dan telah dilaporkan kepada Kemenkes, saat ini alat rapid test merek Vivadiag ini untuk sementara tidak dipakai, sembari menunggu konfirmasi pengecekan dari Kemenkes.
"Karena masih ada pro-kontra ini, sementara kami tidak pakai," tuturnya.
Saat ditanya di mana saja sudah alat rapid test Vivadiag ini dipakai, Suarjaya mengaku masih melakukan pengecekan.
Namun yang pasti, alat rapid test ini pertama kali memang dipakai di Desa Abuan, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli.
"Tapi (ditempat) yang lain belum (diketahui), saya masih menunggu laporan dari kabupaten, apakah sudah sempat dipakai atau tidak oleh kabupaten," jelasnya.
Ia pun mengaku sudah meminta kepada kabupaten dan kota se-Bali untuk sementara tidak memakai alat rapid test dengan merek Vivadiag tersebut, sembari menunggu konfirmasi dari Kemenkes. (*)