Virus Corona

Pembatasan Penerbangan dan Cara Pulihkan Sektor Pariwisata dari Dampak Wabah Virus Corona

dampak tersebut lantaran pembatasan penerbangan yang dilakukan di hampir seluruh dunia, termasuk ASEAN.

Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/I Komang Agus Aryanta
Beberapa wisatawan saat mengunjungi objek wisata Taman Ayun, di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung, Bali Kamis (19/3/2020) 

TRIBUN-BALI.COM - Wabah virus corona berdampak luas ke hampir seluruh negara di dunia, termasuk negara-negara di Asia Tenggara.

 Dampaknya juga paling terasa di sektor pariwisata.

Hal ini pun diakui oleh Deputy Presiden ASEAN Tourism Association (ASEANTA) Eddy Krismeidi.

Ia menyebut, dampak tersebut lantaran pembatasan penerbangan yang dilakukan di hampir seluruh dunia, termasuk ASEAN.

Telkom Ikuti Arahan Soal Pembentukan Tim Khusus Penanganan Covid-19, Siapkan Skenario The New Normal

Ini Sanksi yang Bisa Diterima Perusahaan Bila Mangkir Bayar THR Karyawan

Dari Penjara, Mantan Menkes Siti Fadilah Tulis Surat Terbuka Agar Jangan Tunggu Vaksin Covid-19

 "Contohnya Indonesia dan Singapura, (kedua negera) menerapkan hal yang sama dalam hal melarang masuk wisatawan mancanegara maupun hanya transit. Sementara Malaysia dan Vietnam, hanya melakukan pelarangan masuk, sedangkan transit masih diperbolehkan," kata Eddy dalam telekonferensi ASITA, Sabtu (9/5/2020).

Sementara itu, Thailand dan Filipina melakukan pelarangan total untuk menutup semua penerbangan berjadwal internasional maupun domestik.

Ia mencontohkan banyak negara menutup akses wisatawan mancanegara yang datang, baik masuk ataupun hanya sekadar transit.

 Kendati demikian, Eddy mengatakan, penerbangan khusus masih terjadi di negara-negara tersebut seperti charter dan penerbangan logistik.

 Cara berbeda

Eddy menyampaikan, setiap negara di ASEAN memiliki cara berbeda dalam membantu industri pariwisata.

 "Beberapa negara ASEAN melakukan beberapa tindakan untuk membantu agar industri pariwisata agar tetap bisa survive hingga Covid-19 tertangani," tutur Eddy.

"Ada yang bentuknya penyediaan fasilitas cicilan, kredit murah, sallary subsidies seperti di Malaysia dan Singapura," tambahnya.

Ia juga memberi contoh negara ASEAN lainnya yaitu Brunei Darussalam, telah menerapkan discount on utility bills.

Contoh detailnya, beberapa kantor di Brunei yang dimiliki negara, biaya sewa kantornya dibebaskan.

5 Arti Mitos Kedutan di Jari Manis, Memperoleh Kekayaan Hingga Jodoh

Bukan Cristiano Ronaldo Atau Carlos Teves, Rooney Ungkap Pemain Kunci Man United Adalah Ini

Buah-buahan Ini Tidak Perlu Dimasukkan ke Dalam Kulkas Agar Tetap Segar, Begini Penjelasannya

Sementara itu, untuk sisi perpajakan, beberapa negara ASEAN dilaporkan memiliki upaya bantuan seperti pengurangan income tax, dan discount on corporate tax.

Selain itu, beberapa negara ASEAN turut berupaya dengan cara melakukan pelatihan dan pembangunan kapasitas yang dibiayai negara. 

 "Di sisi ini kita bisa melihat bahwa banyak ragam respon yang dilakukan negara-negara ASEAN untuk menghadapi Covid-19," ujarnya.  

Kasus positif di Indonesia masih tinggi

Sekadar informasi, menurut data yang diolah ASEAN Tourism Association (ASEANTA), tercatat enam negara ASEAN dengan tingkat kasus Covid-19 tertinggi.

Adapun enam negara tersebut yaitu Singapura, Vietnam, Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

Eddy mengatakan, dari keenam negara tersebut, tiga negara di antaranya masih mengalami peningkatan kasus positif Covid-19.

"Tiga negara ini yaitu Singapura, Indonesia dan Filipina. Walaupun kemungkinan penurunan akan terjadi, tapi jika dibandingkan ketiga negara lainnya yaitu Vietnam, Thailand, dan Malaysia yang sudah menurun kasusnya," jelasnya.

Eddy juga menyebut bahwa dari keenam negara tersebut, negara Vietnam yang bisa dikatakan paling siap menghadapi virus corona.

Ia mengatakan hingga kini Vietnam memiliki 50-55 kasus dari kasus pertamanya yaitu 288 orang.

"Dan Vietnam patut diacungi jempol karena mereka berhasil hingga saat ini menangani Covid dengan tanpa kematian," ujarnya.

Eddy menuturkan, masing-masing negara baik di ASEAN maupun dunia, akan mengalami proses pemulihan yang berbeda-beda.

 Negara-negara lain di Asia Tenggara seperti Laos, Myanmar, Kamboja dan Brunei memiliki jumlah kasus Covid-19 yang rendah.

"Myanmar hanya 176, Brunei 141, Kamboja 122, dan terendah itu Laos hanya 19 kasus hingga saat ini. Mudah-mudahan kasus ini tidak meningkat, sehingga proses recovery di ASEAN bisa terjadi secepatnya," terang Eddy.

Selain itu, ia juga menyebut terkait protokol-protokol kesehatan Covid-19 akan terus berlaku hingga proses pemulihan terpenuhi.

 Misalnya untuk orang terpaksa melakukan perjalanan udara wajib mengenakan masker, hand sanitizer, melakukan rapid test, karantina 14 hari setelah bepergian, dan melakukan physical distancing.

Eddy menambahkan, protokol-protokol kesehatan seperti ini, diharapkan dapat terus berjalan pada era New Normal Pariwisata ke depannya.(*)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved