Wawancara Khusus
Kita Harapkan SOP New Normal Jadi dalam Dua Minggu
Seperti apa skema new normal ini, dan bagaimana kesiapan Pemprov Bali menghadapi pola hidup baru di masa pandemi ini?
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Irma Budiarti
TRIBUN-BALI.COM - Pemerintah Pusat bersiap melakukan uji coba skema new normal di sejumlah daerah, salah satunya Bali.
Rencananya, protokol new normal akan diujicobakan pada Juli mendatang di Pulau Dewata.
Seperti apa skema new normal ini, dan bagaimana kesiapan Pemprov Bali menghadapi pola hidup baru di masa pandemi ini?
Berikut wawancara khusus jurnalis Tribun Bali AA Seri Kusniarti, bersama Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati atau Cok Ace di Denpasar, Bali, Selasa (26/5/2020).
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan new normal, dan bagaimana teknisnya?
New normal adalah kondisi baru, di mana kita hidup berdampingan dengan virus Covid-19.
Kita memulai semuanya dengan cara dan prosedur yang baru.
New normal ini nantinya diturunkan dalam bentuk sebuah protokol kesehatan yang akan diberlakukan di seluruh sektor baik informal, formal, pemerintahan, dan industri akan diterapkan di sana.
Apakah sudah ada prosedur baru atau standard operating procedure (SOP) new normal ini?
Sekarang kami sedang menyusun SOP-nya, dengan memadukan sinergi pemerintah dan seluruh stakeholder.
Misalkan SOP di hotel, restoran, SPA seperti apa.
Sekarang sedang disusun Dinas Pariwisata Bali.
Kapan rencananya SOP ini rampung, dan seperti apa modelnya?
Tentunya diharapkan dalam beberapa hari ini, ya semoga dua minggu ke depan selesai lah untuk nanti dipresentasikan.
Pada intinya SOP new normal akan ada 3 syarat.
Pertama adalah kebersihan, kedua adalah kesehatan, dan ketiga adalah keamanannya.
Yang menjadi PR (pekerjaan rumah, red) kita di Bali, adalah bagaimana memadukan konsep new normal berisi tiga unsur ini dengan konsep pariwisata budaya di Bali.
Bagaimana perspektif new normal dalam pariwisata budaya itu?
Kebetulan besok (hari ini, red) Pemkab Badung akan mengangkat topik ini di webinar.
Bagaimana new normal dalam persefektif pariwisata budaya Bali.
Kita akan bahas ini dengan perwakilan pemerintah pusat dan BI.
Lalu apa yang ditunggu dari SOP new normal ini untuk segera dirampungkan?
SOP ini merujuk bagaimana keputusan dari Kementerian Kesehatan dan kementerian lainnya yang terkait.
Menurunkan juga payung hukum besarnya.
Misalnya dari Kementerian Pariwisata akan menjadi rujukan kami, dalam menyusun SOP yang akan dilaksanakan dan diterapkan di Bali.
Teknisnya di lapangan bagaimana?
Sebelum nanti buka, baik untuk tingkat lokal apalagi dibuka untuk tingkat yang lebih luas tentu didahului kesiapan daripada protokol kesehatan di masing-masing sektor, entah itu di pasar, mal, dan lain sebagainya harus siap dulu.
Kapan target paling lambat SOP akan jadi?
Untuk SOP ditargetkan selesai dalam dua minggu, setelah itu kan perlu sosialisasi.
Jadi bagaimana industri bisa ambil bagian dalam usaha pasca Covid-19 ini dalam era new normal.
Apakah SOP ini akan menjadi acuan di masing-masing stakeholder?
Tentu akan kami buatkan SOP untuk diikuti nanti di masing-masing industri sebagai standar minimal.
Rencana re-opening Bali sejauh mana progresnya?
Rencana re-opening Bali masih terus dibahas.
Minggu ini baik dari Gubernur Bali selaku Ketua Gugus Tugas dan Sekda Bali bersama jajarannya masih melihat perkembangan di lapangan.
Artinya apakah kita (Bali) telah berada pada kondisi flat atau tidak.
Sebab kalau masih ada pasien apalagi antar transmisi lokal tentu akan menjadi pertimbangan ke depannya.
Pertimbangan kapan tepatnya Bali akan dibuka.
Apa yang diperlukan jika Bali nantinya re-opening?
Kalau bagi saya, jika sampai pada tahap dibuka secara lebih luas.
Tentu harus ada langkah-langkahnya.
Dahulu waktu Covid-19 masuk ke Bali, kan diawali dengan upacara adat dan agama, seperti Tawur Labuh Gentuh dan sebagainya di Pura Besakih hingga di desa-desa.
Tentu harapan ke depan, jika Bali re-opening harus melewati tahap yang sama.
Tahap sekala niskala sesuai adat budaya Bali.
Minimal kita menghaturkan Dewa Suksma bahwa Bali telah bisa melewati masa sulit ini.
Selain unsur sekala niskala, apa lagi yang diperlukan untuk re-opening?
Semuanya bertahap, tetapi makin cepat makin baik selama tidak mengabaikan kesiapan pasien untuk sembuh dan kesiapan psikologisnya.
Termasuk kesiapan masyarakat Bali secara luas.
Apakah industri juga siap?
Kalau industri pasti siap, dengan protokol SOP yang lebih ketat.
Tetapi kalau masyarakatnya masih khawatir ini kan harus diselesaikan dulu kekhawatirannya.
Harus diberikan penjelasan dan sebagainya. Jadi sosialisasi terus.
Kekhawatiran seperti apa?
Semisal transmisi lokal yang mulai ada, ini kan harus dicarikan solusinya bagaimana.
Dahulu ada PMI (Pekerja Migran Indonesia) kan dikarantia agar tidak meluas jika terbukti positif Covid-19.
Jangan sampai ada gelombang kedua dan sebagainya.
Lalu, kepastian re-opening kapan?
Belum bisa dipastikan kapan itu, ada upacara, ada sosialisasi ke masyarakat, kemudian persiapan dari protokol kesehatan, dan merujuk daripada keinginan market terkait protokol kesehatannya.
Kalau bisa sebelum akhir tahun lah.
Keinginan market itu bagaimana maksudnya?
Kemarin saya kumpul dengan teman di pariwisata, walaupun kesehatan Indonesia sudah bagus tetapi ada market seperti pasar Eropa, Amerika, dan sebagainya meminta standar lebih dari itu, ini kan mau tidak mau harus diikuti.
Solusinya bagaimana?
Sekalipun dirasakan berat, tetapi lebih baik memulai daripada tidak sama sekali.
Apapun new normal ini adalah sesuatu yang harus dihadapi, tidak bisa kita akhirnya menunggu durian runtuh saja.
Harus bisa harmoni dan berdampingan dengan Covid-19 sebagai bagian dari kondisi alam.
Serta SOP yang dibuat harus sesuai standar, semisal minimal menyediakan hand sanitizer, memakai masker, menjaga jarak, menyemprotkan desinfektan, dan banyak hal lainnya.
(*)