Kerusuhan di AS Sudah Menjalar Hingga ke Eropa, Begini Kondisi Terkini Polisi Pembunuh George Floyd

Demonstrasi mengecam tewasnya George Floyd terjadi di sejumlah negara di Eropa, Minggu (31/6/2020).

Editor: Wema Satya Dinata
Ilyas Tayfun Salci / ANADOLU AGENCY / Anadolu Agency via AFP)
Demonstrasi di London mengecam tewasnya George Floyd 

TRIBUN-BALI.COM - Kerusuhan di Amerika Serikat yang disebabkan oleh kematian pria kulit hitam George Floyd di tangan polisi Minneapolis telah meluas hingga ke Benua Eropa.

Demonstrasi mengecam tewasnya George Floyd terjadi di sejumlah negara di Eropa, Minggu (31/6/2020).

Di London, para demonstran memegang spanduk bertuliskan "Justice for George Floyd" atau "I can't breathe," kata-kata yang diucapkan George Floyd (46) saat lehernya ditekan dengan lutut oleh polisi.

Seperti yang dilansir Tribunnews dari USA Today, para demonstran memulai aksinya di Trafalgar Square.

Jelang Tahun Ajaran Baru, Anggota DPRD Buleleng Ini Minta Pemda Fasilitasi Rapid Test untuk Santri

Hindari Penggunaan Sarung Tangan saat Belanja, Begini Alasannya

Artis DS yang Ditangkap Polisi Akibat Narkoba, Sosoknya Masih Aktif di Sinetron dan Film

Mereka berjalan melewati Thames River menuju kantor kedutaan Amerika Serikat.

Para demonstran meneriakkan kata "No justice! No peace!" (Tidak ada keadilan! Tidak ada kedamaian!)

Meski para demonstran melanggar aturan lockdown terkait virus corona, yaitu berdiri dengan jarak 1,8 meter, para petugas tidak menghentikan mereka.

Sementara di Manchester, Inggris utara para pengunjuk rasa itu meneriakkan, "Kulit hitam penting."

Sebelumnya, aksi protes meletus di Berlin pada hari Sabtu (30/5/2020) ketika kerumunan turun ke gedung Kedutaan Besar AS di sebelah landmark Gerbang Brandenburg di kota Jerman.

Video yang beredar online menunjukkan para demonstran menyerukan keadilan atas kematian Geroge Floyd pada 25 Mei lalu.

Mereka berdiri di depan kedutaan, bertepuk tangan dan meneriakkan, "Kulit hitam penting" dan "Diam adalah kekerasan."

Polisi Jerman tidak melaporkan kekerasan atau insiden apa pun.

Kemudian pada hari Minggu (31/5/2020), surat kabar Bild yang terlaris di Jerman memuat tajuk "Polisi pembunuh ini membakar Amerika," dengan panah yang menunjuk ke foto Derek Chauvin.

Surat kabar itu menggambarkan aksi protes di kota-kota di AS sudah seperti "perang saudara."

Kylie Jenner Tak Lagi Miliarder, Saham Perusahaan Kosmetik Coty Inc Anjlok

Sinopsis Train to Busan, Film Bergenre Horor dan Menceritakan Tentang Bencana Mayat Hidup

Sensus Penduduk Online 2020 Telah Berakhir, Bagaimana Nasib yang Belum Ikut?

Di Kanada pada hari Sabtu, ribuan orang membanjiri Toronto Christie Pitts Park untuk menunjukkan kemarahan mereka atas kematian George Floyd dan juga Regis Korchinski-Paquet (29).

Regis Korchinski-Paquet adalah seorang wanita kulit hitam yang meninggal minggu lalu akibat jatuh dari balkon lantai 24 setelah polisi petugas dipanggil ke rumahnya.

Polisi di Toronto sedang menyelidiki kasus itu.

Demonstrasi juga terjadi di Yerusalem dan Tel Aviv pada hari Sabtu (30/5/2020).

Di sana, ratusan warga Israel dan Palestina berbaris sebagai protes terhadap pembunuhan oleh polisi perbatasan Israel bernama Iyad Halak.

Ia adalah seorang pria Palestina dengan autisme yang ditembak mati di Kota Tua Yerusalem.

Media Israel melaporkan bahwa para demonstran memegang tanda yang bertuliskan, "Palestinian Lives Matter" dan "Justice for Iyad, Justice for George."

Kondisi Pembunuh George Floyd 

Seperti diketahui, Gerorge Floyd menghembuskan napas terakhirnya setelah lehernya ditindih oleh polisi Minneapolis yang bernama Derek Chauvin.

Kondisi Derek Chauvin dikabarkan sangat memprihatinkan.

Setelah terancam hukuman puluhan tahun, rumah tangga Derek Chauvin juga terancam kandas.

Hal ini setelah istri Derek Chauvin, Kellie Chauvin mengajukan permintaan cerai setelah kasus yang menjerat suaminya ramai.

Menurut pengacaranya, sang istri begitu hancur mendengar kematian Floyd, yang memunculkan gelombang protes besar di seluruh AS.

Dalam keterangan tertulis Kantor Firma Hukum Sekula PLLC, Kellie secara resmi mengajukan cerai kepada sang suami, Derek Chauvin.

"Kellie Chauvin sangat sedih dengan kematian Floyd, dan menyampaikan dukacita kepada keluarga, dan mereka yang berkabung karena tragedi ini," ulas kantor hukum Sekula.

Kellie diketahui tidak mempunyai anak dari pernikahannya dengan polisi berusia 44 tahun itu, seperti dilansir CBS News Sabtu (30/5/2020).

"Dia meminta agar privasi anak, orangtuanya, dan keluarga besarnya dihormati, dan mereka tidak diganggu selama kondisi sulit ini," lanjut Sekula.

Chauvin langsung dipecat dari jabatannya setelah George Floyd, seorang pria kulit hitam tak bersenjata, tewas pada Senin (25/5/2020).

Pada Jumat (29/5/2020), dia ditangkap dan kemudian dijerat dengan tuduhan melakukan pembunuhan tingkat tiga dan tingkat dua.

Dalam laporan yang diisi Jumat, jaksa penuntut menulis Chauvin menggunakan lututnya untuk menekan leher Floyd selama 8 menit 46 detik.

Sekitar dua menit dan 53 detik kemudian, Floyd dinyatakan "tidak responsif" sehingga harus mendapat perawatan sebelum dinyatakan tewas.

Dalam video yang viral, George Floyd sempat terdengar memohon kepada sang polisi agar mengangkat lututnya. "Aku tak bisa bernapas," pintanya.

Jika terbukti, Chauvin bisa dipenjara selama 25 tahun untuk tuduhan pembunuhan tingkat tiga, dan 10 tahun untuk pembunuhan tingkat dua.

Tuduhan yang dijeratkan kepada Chauvin berbuah gelombang demonstrasi, yang kemudian meluas hingga ke 30 kota seluruh AS.

Karena bereskalasi secara cepat, ditambah dengan beberapa bentrokan, sejumlah pemimpin daerah mengumumkan adanya jam malam.

Kemudian gubernur negara bagian mengaktifkan pasukan Garda Nasional, setelah demonstrasi mulai meningkat menjadi kerusuhan.

Floyd sendiri dikenal sebagai sosok yang penyayang, baik hati, dan peduli terhadap sesama.

Ia bekerja di sebuah restoran dan punya reputasi sebagai orang yang selalu membantu siapapun yang kesulitan.

"Mengetahui kakakku adalah untuk mencintai saudaraku," kata Philonise Floyd, adik laki-lakinya, seperti dikutip dari Tribunnews.com, Jumat (29/5/2020).

"Dia 'raksasa lembut', dia tidak menyakiti siapa pun," ujarnya.

Floyd yang merupakan penduduk asli Houston, tumbuh dan besar di sana dan lulus dari Sekolah Menengah Jack Yates tempat ia bermain sepakbola.

Dia pindah ke Minnesota untuk bekerja dan mengendarai truk, menurut teman dan mantan pemain NBA, Stephen Jackson.

"Dia tahu dia harus pindah untuk menjadi yang terbaik," tulis Jackson di Instagram.

"Perbedaan antara saya dan kawan adalah saya memiliki lebih banyak peluang daripada dia," tulis Jackson, yang memenangkan kejuaraan bersama San Antonio Spurs pada 2003 silam.

Floyd bekerja di divisi keamanan di Conga Latin Bistro Minneapolis selama lima tahun.

"Dia dicintai oleh semua karyawan dan pelanggan saya," kata Jovanni Thunstrom, bos Floyd.

"Saya melihat video itu dan mengatakan itu bukan Floyd, tetapi kemudian terkejut. Itu Floyd. Dan saat itulah saya tersadar, itu sangat memukul saya," kata Thunstrom.

Dia bercerita bahwa Floyd sering membantunya membersihkan bar setelah tutup.

Di matanya, Floyd adalah sosok yang mencintai orang-orang 'terbuang' yang sedang dalam keadaan terpuruk.

"Kami berdoa setiap kali makan, kami berdoa jika kami mengalami kesulitan, kami berdoa jika kami bersenang-senang," kenang Thunstrom.

Rekam Jejak Chauvin

Dikutip dari Kompas.com pada 30 Mei 2020, Chauvin terlibat dalam kasus kematian dan penembakan sebelumnya.

Pada 2006 menangani kasus penikaman, menurut laporan kelompok aktivis Minnesota Communities United Against Police Brutality tahun 2016.

Pria bernama Wayne Reyes yang dicurigai menikam pacar dan seorang temannya.

Enam polisi mencegatnya lalu menembaknya dan Wayne tewas seketika.

Kala itu, para polisi beralasan karena Wayne mengarahkan senapan ke arah mereka.

Dua hari kemudian, Chauvin mendatangi panggilan 911 di daerah Phillips, Minneapolis, seperti yang diberitakan Pioneer Press.

Chauvin dan seorang rekannya memasuki rumah pelapor dan berhadapan dengan Ira Latrell Toles yang dilaporkan kekasihnya.

Toles coba melarikan diri, tapi dilumpuhkan oleh Chauvin dan rekannya.

Dalam laporan, Toles disebut merebut salah satu senjata petugas.

Karena alasan itu, Chauvin kemudian menembaknya di dada.

Pada tahun 2008, Departemen Kepolisian memberi Chauvin medali atas keberaniannya menanggapi insiden dengan pria bersenjata, seperti yang dikutip Pioneer Press, dilansir Insider.

Sementara di tahun 2011, lagi-lagi Chauvin kembali terlibat dalam kasus penembakan polisi.

Dirinya termasuk di antara lima polisi yang menanggapi laporan penembakan.

Leroy Martinez, korban, berlari dari lokasi kejadian dan para polisi mengejarnya.

Polisi mengatakan, Martinez menodongkan pistol saat ia melarikan diri.

Salah satu polisi, Terry Nutter kemudian menembak Martinez.

Padahal menurut Star Tribune, seorang saksi mata membantah klaim polisi bahwa Martinez menodongkan senjata.

Hampir dua dekade di Kepolisian Minneapolis, Chauvin telah menjadi subyek dari beberapa keluhan internal, menurut database Communities United Against Police Brutality (CUAPBP).

Terdapat tiga ulasan terpisah dari Otoritas Tinjauan Sipil.

Chauvin Disebut-sebut menggunakan "nada merendahkan", "bahasa yang merendahkan", dan "bahasa-bahasa tak pantas lain".

Selain itu ada juga ulasan "Ditutup - Tidak disiplin". (*)

Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved