Corona di Bali

Roadmap To Bali’s Next Normal, Australia Siap Segera ke Bali

Wagub Cok Ace mengatakan, tatanan baru industri pariwisata harus mengadaptasi aturan physical distancing

Tribun Bali/ I Nyoman Mahayasa
Penampilan Tari legong pada Gelar seni budaya Revolusi mental di lapangan monumen Bajra Sandi, Renon Denpasaar, Bali, Sabtu (12/12/2015) sekaligus penetapan tari tradisi bali sebagai warisan budaya tak benda UNESCO. 

Langkah-langkah tersebut, tidak terbatas pada refocusing kepada quality tourism jadi retargeting kepada wisatawan yang expenditure-nya lebih tinggi dan length of stay-nya lebih panjang.

Inclusivitas, peningkatan kapasitas konektivitas, pengembangan destinasi yang fokus pada aspek CHS (Cleanliness, Health, Safety ), pengembangan destinasi yang menghormati budaya dan alam, pengembangan digitalisasi, peningkatan kualitas SDM di wilayah destinasi serta peningkatan varian produk dan daya tarik berskala internasional. 

“Saat ini gaining trust menjadi kunci pemulihan. Maka dari itu untuk dapat membangkitkan kepercayaan tersebut, diperlukan panduan teknis yang mengacu pada standar global dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan untuk menjalankannya, di mana panduan teknis sedang diupayakan Kemenparekraf/ Baparekraf untuk percepatan pemulihan,” katanya. Pembahasan kian seru saat memasuki diskusi mengenai potensi pasar.

Duta Besar Australia, Kristianto Legowo menjelaskan, bahwa Australia saat ini adalah salah satu negara yang cukup berhasil menanggulangi pandemi Covid-19.

Dan kini sedang masuk tahap pemulihan, atau pelonggaran tahap 3.

“Untuk itu, protokol akan menjadi concern utama wisatawan Australia ke depannya,” imbuhnya. 

"Terlebih Bali menjadi wishlist travel nomor satu bagi penduduk Australia untuk plesiran setelah pandemi,” katanya.

Mengingat banyak warga Australia yang menganggap Bali second home selama ini.

Selain itu, menyambung unsur keberlanjutan, Australia sangat memperhatikan isu lingkungan hidup.

Serta menjadikannya pertimbangan penting, yang mempengaruhi entusiasme untuk mengunjungi suatu destinasi.

Arif Havaz , Duta Besar Indonesia untuk Jerman melanjutkan diskusi dengan menjelaskan karakter pasar Jerman yang rata-rata berlibur minimal 20 hari.

Dan sangat menghargai destinasi berbasis alam serta budaya.

“Pasar Jerman juga melaksanakan kegiatan liburannya secara tematik, seperti liburan pantai atau gunung dan lainnya, serta lebih memilih mengatur perjalanannya melalui agen wisata dengan alasan asuransi,” tegasnya.

Di samping itu, minat warga Jerman untuk berlibur di Asia sangat tinggi.

Namun sayangnya tidak dibekali ketersediaan konektivitas langsung.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved