Corona di Bali

Pandemi Covid-19 Membuka Peluang Komoditas Pertanian Tanaman Herbal

I Nyoman Gede Ustriyana menilai, kemunculan virus baru ini memotivasi masyarakat untuk berfokus pada peningkatan sistem ketahanan tubuh.

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Tribun Bali/Made Prasetia Aryawan
Foto ilustrasi pertanian 

Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Awal tahun 2020, dunia disambut dengan munculnya Severe Acute Respiratory Syndrome Corona Virus-2 (SARS-CoV-2) sebagai penyebab dari Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).

Penyakit ini sontak membuat geger seluruh pelosok dunia, baik negara maju maupun berkembang.

Walaupun terjadi di waktu yang berbeda, hampir setiap negara di seluruh benua menghadapi krisis pandemi Covid-19, termasuk Indonesia dan Bali khususnya.

Dekan Fakultas Pertanian (FP) Universitas Udayana (Unud), I Nyoman Gede Ustriyana menilai, kemunculan virus baru ini memotivasi masyarakat untuk berfokus pada peningkatan sistem ketahanan tubuh.

CCTV di Puncak Gunung Agung Rusak, Tak Beroperasi

16 Organisasi Profesi Kesehatan Bantah Tuduhan Ambil Untung dari Penanganan Para Pasien Covid-19

Desa Dauh Puri Kaja Denpasar Gembosi 12 Ban Sepeda Motor Remaja yang Nongkrong Larut Malam

Di samping itu, budaya hidup sehat juga akan membuka mata masyarakat untuk kembali pada tumbuhan biofarmaka atau herbal.

"Oleh karena itu, kondisi pandemi membuka peluang pada kebutuhan komoditas pertanian baru seperti jahe merah, kulit jeruk, temulawak, dan kunyit," kata Ustriyana dalam web seminar (webinar) "Peluang dan Tantangan Pertanian Songsong New Normal," Rabu (10/6/2020).

Dalam Webinar yang diselenggarakan oleh Program Studi (Prodi) Agribisnis FP Unud itu, Ustriyana menjelaskan, bahwa krisis pandemi Covid-19 tidak hanya menjadi masalah kesehatan masyarakat.

Berbagai bidang lain, termasuk pertanian, ikut turut terkena dampak dari virus yang pertama kali muncul di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) itu.

Sesuai pengamatannya, Ustriyana menjelaskan, bahwa masyarakat di negara maju yang biasanya membeli kebutuhan pangan di supermarket modern untuk persediaan sepanjang tahun ikut mengalami hambatan di tengah Covid-19.

Penyebabnya karena habisnya persediaan pangan di berbagai supermarket modern pada akhir Maret lalu yang disebabkan karena pengecer bergulat dengan lonjakan permintaan dan pasokan yang tidak merata dari produsen.

Pada saat yang sama, peternak sapi perah juga terimbas karena tidak lagi menjual produknya ke restoran dan kafe.

Restoran dan kafe terpaksa menutup pintu mereka tanpa batas waktu dan menyebabkan 70 persen penurunan permintaan dari sektor makanan.

Selain itu, ada kekhawatiran bahwa buah-buahan dan sayur-sayuran akan dibiarkan membusuk di ladang karena adanya larangan bepergian guna mencegah penyebaran Covid-19.

Di Indonesia, Covid-19.memaksa beberapa petani di Desa Kedungrejo, Pakis, Malang membagikan sayuran secara cuma-cuma di jalan raya.

Akibat dampak pandemi Covid-19, ekspor dan impor komoditas pertanian jelas mengalami gangguan.

Komoditas pertanian yang diimpor ke Indonesia, seperti bawang putih, gula, dan daging sapi terancam mengalami kelangkaan.

Di sisi lain, pasar komoditas ekspor pertanian Indonesia, seperti minyak sawit, karet, kakao, dan kopi, pun terancam terganggu.

"Permasalahan ekspor-impor tentunya akan berdampak pada terganggunya distribusi saprodi dan produk hasil pertanian dalam negeri. Budidaya tanaman pun akan terimbas dampak pandemi ini," jelasnya.

Menurut Ustriyana, banyak yang berharap bahwa produksi hasil pertanian jauh lebih localized di tengah adanya pandemi Covid-19.

Salah satu bidang yang tentu diharapkan akan meningkat pasca Covid-19 yakni perdagangan antar-daerah yang dapat menghasilkan rantai makanan yang lebih pendek.

Hal ini akan menciptakan lebih banyak pasar bagi petani dan meningkatkan akses ke input seperti benih serta pupuk, dan output seperti produk makanan.

Jika melihat kebelakang, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyatakan, bahwa kasus Covid-19 terungkap setelah laporan warga negara Jepang yang baru saja berkunjung ke Indonesia dinyatakan positif.

Pemerintah akhirnya segera melakukan contact tracing dengan pasien tersebut.

Penelusuran ini berujung pada ditemukannya dua orang pasien awal Covid-19 di Indonesia.

Kemudian berdasarkan pernyataan Gubernur Bali, Wayan Koster, kasus Covid-19 pertama kali di Pulau Dewata tercatat pada 10 Maret 2020.

Sejak kemunculan pertama kasus di Bali, Gubernur Koster bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menangani dan mencegah penyebaran Covid-19 dengan pembatasan pergerakan masyarakat.

Salah satunya dengan mengeluarkan Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 7194 Tahun 2020 tentang Tindak Lanjut terkait Pencegahan Penyebaran Covid-19 di Lingkungan Pemerintah Provinsi Bali tanggal 16 Maret 2020 lalu.

Dalam webinar via Webex yang dimoderatori oleh Koordinator Prodi Agribisnis FP Unud I Dewa Putu Oka Suardi itu, Ustriyana menjelaskan bahwa Covid-19 tidak hanya memaksa pemerintah untuk berupaya sekuat mungkin untuk mengurangi penyebaran penyakit.

Dirinya menyebut pandemk Covid-19 sebagai "ombak besar" sehingga seluruh tatanan masyarakat, termasuk dunia pendidikan pertanian, proses belajar-mengajar, perkuliahan pun ditantang untuk menyesuaikan diri dan tetap bertahan dan berdaya di situasi sulit.

"Krisis kesehatan masyarakat ini perlu disikapi dengan positif dan arif bijaksana, dan sejatinya telah membuka peluang gotong royong dan kebersamaan dalam masyarakat untuk mencapai tujuan bersama. Kebijakan yang terkoordinasi diperlukan untuk mendukung keberlanjutan sektor pertanian di Indonesia serta kondisi kerja jutaan petani dan pekerja terkait" tuturnya.

"Kami percaya bahwa selalu ada peluang bagi mereka yang dapat memanfaatkannya, termasuk dunia pertanian dan pendidikan pertanian," kata pria bergelar doktor ilmu pertanian itu.

Ia juga meyakini tidak mustahil apabila ke depannya, sektor pertanian akan menjadi sektor yang bangkit dan paling menjanjikan pascapandemi Covid-19.

Hal itu dikarenakan pandemi telah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya makanan saat ini dan di masa depan. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved