Corona di Bali

Saat Pandemi Covid-19, Keterbatasan Modal Hingga Pendampingan Jadi Masalah Sektor Pertanian di Bali

Keberadaan pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) berdampak pada semua sektor, salah satunya sektor pertanian di Bali.

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Tribun Bali
Subak Belatung di Desa Sudimara. 

Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Keberadaan pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) berdampak pada semua sektor, salah satunya sektor pertanian di Bali.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Ida Bagus Wisnuardhana mengatakan, khusus pada masa pandemi Covid-19 saat ini, ada beberapa masalah atau tantangan yang cukup dirasakan.

Pertama, terbatasnya modal petani dalam melaksanakan usahatani karena berkurangnya penghasilannya dari aktifitas sampingan sebagai pekerja harian.

Kedua, Covid-19 juga menyebabkan terbatasnya pasar produk pertanian, khususnya ke hotel, restoran, katering, swalayan, bahkan juga pasar umum.

Ramalan Zodiak Kesehatan Besok 11 Juni 2020: Virgo Harus Istirahat, Cancer Jangan Makan Berlebihan

2 Orang Tukang Palak di Jalan Gajah Mada Denpasar Diamankan, Pura-pura Mabuk

Digelar Sejak Awal Juni 2020, Ini Keistimewaan dari Pameran Virtual Ini

Kemudian yang ketiga, petani di Bali juga terbatas mendapatkan pendampingan atau pembinaan teknis karena kebijakan jaga jarak fisik (physical distancing).

"Dalam keterbatasan tersebut, program prioritas tetap harus diintensifkan," kata Wisnuardhana saat menjadi pembicara dalam web seminar (Webinar) 'Peluang dan Tantangan Pertanian Songsong New Normal', Rabu (10/6/2020).

Dalam Webinar yang diselenggarakan oleh Program Studi (Prodi) Agribisnis Fakultas Pertanian (FP) Universitas Udayana (Unud) (Unud) itu, Wisnuardhana menjelaskan, program prioritas yang harus diintensifkan seperti bantuan fasilitasi sarana produksi, bantuan penanggulangan gangguan organisme penganggu tanaman (OPT) dan dampak perubahan iklim (DPI) serta fasilitasi dalam pengolahan dan pemasaran hasil.

Dalam memperhatikan keadaan yang berkembang dimasa pandemi Covid-19 ini, pihaknya juga melakukan refocusing beberapa kegiatan agar lebih intensif dapat mengatasi permasalahan yang ada.

Adapun refocusing kegiatan dimaksud salah satunya dengan memprioritaskan bantuan benih/bibit dan subsidi pupuk dengan mengurangi kegiatan-kegiatan pertemuan dan lain-lain.

Selain itu juga dengan fasilitasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan asuransi pertanian, mengembangkan kegiatan fisik dengan sistem padat karya serta program cadangan pangan masyarakat dan optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan.

Refocusing juga dilakukan melalui pengembangan pemasaran antar pulau dan eksport, serta mengembangkan sistem pemasaran secara daring (online) dan koordinasi dalam penyiapan paket sembako.

Wisnuardhana menuturkan, Bali sebagai daerah tujuan wisata dunia yang terkenal dengan keindahan alam, adat, seni dan budaya tidak dapat terpisah dari pertanian.

Namun perlu diingat bahwa pariwisata Bali mengandalkan budaya dan budaya Bali adalah budaya pertanian.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali, tuturnya, melalui visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” melalui pola pembangunan semesta berencana menuju Bali Era Baru, menempatkan sektor pertanian sebagai sektor unggulan.

Misi bidang pertanian yang ditetapkan diantaranya yakni terpenuhinya pangan bagi krama Bali, meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pertanian, serta peningkatan pendapatan petani.

Peran sektor pertanian untuk pertumbuhan perekonomian Bali masih cukup tinggi, sumbangannya terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Broto (PDRB) Bali sebesar 14,7 persen, tertinggi kedua setelah sektor jasa.

"Potensi pertanian Bali pun masih cukup luas, meliputi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan," jelas Wisnuardhana.

Dirincikan olehnya, luas sawah di Bali tercatat sebesar 79.526 hektare atau 14,4 persen dari luas Bali yang meliputi 1.603 subak sawah dan luas lahan pertanian bukan sawah tercatat 238.605 hektare yang meliputi 1.118 subak abian.

Dimasa pandemi Covid-19 seperti saat ini, peran sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan sebagai sektor yang banyak digeluti oleh masyarakat tetap harus berjalan seperti biasa.

"Perhitungan target produksi pangan pokok dari produksi lokal dan upaya pencapaiannya harus dilakukan dengan cermat untuk tercapainya ketersediaan pasokan di lapangan sesuai kebutuhan masyarakat Bali," tuturnya.

Dalam Webinar via Webex itu, Wisnuardhana juga memaparkan kesiapan sektor pertanian di Bali dalam menyambut kebijakan kehidupan kenormalan baru (new normal).

Upaya itu diantaranya dilakukan melalui penyiapan protokol new normal, mensosialisasikan serta mengedukasi petani untuk selalu menjaga jarak fisik di lapangan dan menggunakan masker dalam beraktifitas maupun pada saat pertemuan-pertemuan kelompok dan memasarkan hasil pertanian.

Selain itu juga dilakukan edukasi dalam pemanfaatan teknologi digital seperti pertemuan secara daring/video conference, pemasaran secara daring (online) dan sistem pembayaran non tunai. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved